"Memang begini, sebenarnya kejadian seperti devaluasi uang Tiongkok itu pengalaman baru," ujarnya, di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Selasa (25/8/2015).
Terlebih lagi, Darmin menjelaskan, banyak orang yang tidak tahu secara pasti dampak daripada devaluasi mata uang Tiongkok tersebut. Padahal, sebelumnya Jepang juga pernah melakukan devaluasi mata uang hingga 20 persen.
"Sebetulnya Jepang itu tadinya 20 persen dia turunkan nilai mata uangnya. Tidak ramai itu pasar, menarik sekali. Kok yang ini ramai? Dan masalahnya orang tidak tahu persis seperti apa dampaknya," terangnya.
Dirinya menambahkan, hal itu juga yang menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mengalami fluktuasi. "Ya itu dia. Orang Tidak tahu. Kalau tidak tahu, pasang dulu nanti baru nanya ke sana ke mari," sambung dia.
Selain itu, masih menurut Darmin, dampak daripada devaluasi yuan juga sebenarnya akan lebih dirasakan oleh negara pesaing Tiongkok. "Sekarang sebetulnya Tiongkok devaluasi. Siapa yang paling bersaing dengan dia, itu dia yang paling terkena harusnya," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id