"Namun dilihat secara tahunan, Kota Purwokerto pada bulan April diprediksi mengalami inflasi sebesar 3,13 persen (yoy)," kaata Kepala KPw BI Purwokerto Agus Chusaini di Purwokerto, seperti dikutip dari Antara, Senin, 23 April 2018.
Ia mengatakan pendorong terbesar deflasi pada April diperkirakan berasal dari beras yang jumlahnya melimpah, baik dari hasil panen maupun impor yang dilakukan oleh pemerintah.
Menurut dia, hal itu juga sejalan dengan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan Bank Indonesia sampai dengan minggu kedua bulan April di mana beras mengalami deflasi sebesar 0,03 persen.
Selain beras, kata dia, beberapa komoditas kelompok harga barang bergejolak (volatile food) lainnya yang mengalami deflasi adalah cabai merah (-0,03 persen), cabai rawit (-0,02 persen), dan bawang putih (-0,03 persen).
"Sementara itu, beberapa komoditas utama lainnya terpantau stabil," katanya.
Meskipun demikian, kata dia, berdasarkan hasil SPH masih terdapat beberapa komoditas yang mengalami inflasi, yaitu bawang merah (0,05 persen), telur ayam ras (0,01 persen), kacang panjang, sawi, bayam, dan minyak goreng.
"Namun mengingat cukup kecilnya bobot komoditas tersebut dalam penghitungan inflasi, dampaknya terhadap inflasi diperkirakan tidak terlalu signifikan," katanya.
Disinggung mengenai kemungkinan terjadinya inflasi pada bulan Mei seiring dengan datangnya Ramadan, dia mengatakan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Banyumas perlu mengantisipasi ketersediaan beberapa komoditas yang sangat terpengaruh terhadap nilai tukar dolar seperti telur ayam ras dan bawang putih.
Sementara untuk beras, kata dia, komoditas pertanian tersebut diprediksi tidak akan mendorong inflasi pada Mei karena ketersediaannya masih melimpah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News