Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Foto: MI/Erlangga
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Foto: MI/Erlangga

Sri Mulyani: Butuh 100 Tahun untuk Menciptakan Kesetaraan Gender

Eko Nordiansyah • 22 Desember 2021 17:44
Jakarta: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk dunia dalam menciptakan kesetaraan gender. Dalam World Economic Forum disebutkan perlu 100 tahun untuk menciptakan kesetaraan posisi antara perempuan dan laki-laki sesuai Global Gender Gap Report 2020.
 
"Inequality gender ini hanya bisa ditutup dalam jangka waktu 99,5 tahun, jadi membutuhkan periode hampir 100 tahun untuk bisa menutup gender gap dari sisi tadi World Economic Forum Report 2020," kata dia dalam webinar, Rabu, 22 Desember 2021.
 
Sri Mulyani mengatakan, saat ini posisi perempuan banyak tertinggal dalam partisipasi perekonomian, pemberdayaan, dan pengambilan keputuan secara politik. Bahkan secara rata-rata tingkat partisipasi perempuan dalam angkatan kerja di Indonesia hanya 54 persen dibandingkan laki-laki yang mencapai 82 persen.

Ia menambahkan, pandemi covid-19 yang bermula dari sektor kesehatan ini juga lebih banyak berdampak kepada perempuan yang berada di sektor pendidikan dan sosial. Apalagi banyak perempuan ikut dalam kegiatan ekonomi tapi dari sisi kualitas ada di sektor informal yang produktivitasnya rendah, sehingga upahnya jauh lebih kecil.
 
"Ini menyebabkan kita harus melihat sebuah PR dan tantangan bersama untuk memanjukan perempuan didalam memberikan kesempatan sehingga mampu tidak hanya kontribusi diri sendiri tapi juga sangat memperhatikan kemajuan diri bagi keluarga dan negara atau perekonomian, ini yang paling penting," ungkapnya.
 
Meski begitu, ia menyebut, dalam sebuah studi menunjukan bahwa negara yang dipimpin oleh perempuan menunjukkan kondisi yang lebih baik pada masa pandemi. Sri Mulyani menambahkan, kehadiran perempuan ini memberikan tambahan perspektif karena sensitifvitas kebijakan dan kualitasnya memperhatikan pentingnya perempuan.
 
"Dalam konteks dampak yang tidak sama terhadap covid tentu menyebabkan kualitas kebijakan jadi jauh lebih komprehensif dan punya afirmasi sehingga dampak atau hasil kebijakannya menjadi lebih baik, ini menguatkan dalam pengambilan keputusan peran perempuan masuk dalam desain baik korporasi atau negara," pungkas dia.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan