Ia menjelaskan, salah satu faktor yang membuat penurunan pembiayaan utang ini adalah prediksi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang lebih rendah. Hal ini sebagai dampak kenaikan penerimaan negara meskipun belanja pemerintah juga meningkat.
"Defisit tahun ini diperkirakan akan lebih rendah, dan ini terlihat dari jumlah pembiayaan atau penerbitan utang kita yang turun sangat drastis, 72,5 persen," kata dia dalam video conference, Jumat, 24 Juni 2022.
Hingga akhir Mei 2022, pembiayaan utang tercatat hanya 9,3 persen dari pagu APBN sebesar Rp973,6 triliun. Pemerintah juga mempertimbangkan kondisi kas negara yang ample, serta volatilitas di pasar keuangan sehingga target lelang SBN tahun ini diturunkan.
Jika dirinci, pembiayaan utang terdiri dari penerbitan SBN neto sebesar Rp75,3 triliun atau turun 78,4 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp348 triliun. Penerbitan SBN hingga bulan lalu juga hanya 7,6 persen dari target Rp991,3 triliun.
Sementara itu, pinjaman neto terealisasi Rp15,7 triliun atau mengalami penurunan 88,8 persen dibandingkan target APBN dan turun 193,5 persen dari periode sama tahun lalu. Tahun ini pemerintah juga menerapkan fleksibilitas pinjaman program.
"Ini yang menggambarkan sektor pembiayaan utang sedang kita konsolidasikan, disehatkan dengan defisit yang menurun. Ini kombinasi dari penerimaan yang semakin tinggi, belanja relatif kita jaga, dan dengan demikian defisit kita turunkan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News