Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hakulyakin perlambatan itu bersifat sementara karena akan mendorong pertumbuhan yang lebih kokoh di tahun mendatang. Terlebih, kata dia, perlambatan ekonomi juga diderita sejumlah negara maju dan berkembang. Di sisi lain, pertumbuhan Indonesia pada tahun kemarin masih tertinggi kedua di antara negara-negara G-20.
Keyakinan itu dilontarkan Presiden dalam Pidato Kenegaraan Rancangan Undang-undang (RUU) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015 dan Nota Keuangan di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (15/8/2014). Kendati optimistis, SBY menegaskan bahwa tantangan perekonomian Indonesia di masa depan bakal lebih berat.
Sebagaimana diketahui, kata SBY, gejolak ekonomi global pada 2014 belum akan surut secepatnya karena ketidakpastian geopolitik di beberapa belahan dunia. Konflik-konflik yang masih berlanjut, kata lelaki asal Pacitan itu, bakal berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang lantas berimbas pada sasaran pembangunan, termasuk tingkat kemiskinan.
Untuk itu, Presiden dua periode itu tak henti bekerja bersama Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan untuk mengawal tiap potensi gejolak yang bakal menghadang dengan mengambil langkah-langkah strategis dari sisi fiskal, moneter, maupun sektor riil.
"Prinsip kehati-hatian fiskal dan pengamanan risiko fiskal juga kita terapkan dalam pengelolaan utang kita. Rasio utang terus kita turunkan dari 56,6% dari PDB pada 2004 menjadi sekitar 25,6% pada tahun 2014. Hal ini akan terus kita jaga keseimbangannya di tahun-tahun mendatang sehingga anggaran kita tidak mudah terpengaruh oleh gejolak domestik maupun global sekaligus memperkokoh fiskal kita," kata SBY.
Dia juga mencontohkan paket kebijakan ekonomi yang terkoordinasi baik dari tiga sektor tersebut. Dalam waktu singkat, SBY mengurai, defisit transaksi berjalan dapat diturunkan dari US$10 miliar pada triwulan kedua 2013 menjadi US$4 miliar triwulan keempat 2013. "Dengan langkah-langkah ini, gejolak keuangan relatif dapat diredam," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News