"Tambahnya sekitar Rp1,8 triliun-Rp2 triliun setiap 10 ribu barel ya, tapi belum ada tambahan cost recovery yah. Netto dari penerimannnya," tutur Kepala BKF, Andin Hadiyanto, di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Selatan, Senayan (15/9/2014).
Seperti diketahui, target lifting minyak dalam RAPBN 2015 disepakati naik menjadi 900 ribu bph dari yang semula diajukan pemerintah sebesar 845 ribu bph atau bertambah 55 ribu bph.
Andin mengatakan, dengan meningkatnya target penerimaan ini selain penerimaan negara akan naik, cost recovery-nya pun juga akan naik.
"Jadi ada dua ya, di satu sisi memang penerimaannya bisa naik, tapi tadi bersama Pak Widjanarko (Plt Kepala SKK Migas) tadi cost recovery juga naik. Tapi penerimaan akan naik lebih tinggi dari cost recovery," jelasnya.
Dalam hitungannya, dengan adanya tambahan target 55 ribu bph maka negara akan mengantongi tambahan sebesar Rp10 triliun hingga Rp11 triliun. "Mungkin sekitar segitu, tapi belum sama cost recovery, lagi kita mau hitung," tuturnya.
Mengenai cost recovery, katanya, semakin tua umur sumur yang berproduksi, maka akan semakin mahal biayanya. Hal ini berbeda dengan perhitungan Menteri Keuangan M Chatib Basri yang mengatakan adanya tambahan produksi maka akan mempengaruhi kenaikan kas negara sebesar Rp38,5 triliun.
"Kalau lifting naik 10 ribu bph, kenaikannya sekitar Rp7 triliun. Sekarang hitung saja, kalau naiknya menjadi 900 ribu BPH lifting-nya naik sebesar 55 ribu BPH. Nah gap-nya itu dikalikan Rp7 triliun," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id