"Mungkin akan menghilangkan sebagian besar atau semua kemajuan pemulihan ekonomi yang telah terjadi sejauh ini," ungkap Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky dalam Analisis Makroekonomi Edisi Juli 2021, Rabu, 21 Juli 2021.
Namun demikian, Riefky justru mengapresiasi langkah pemerintah yang memperpanjang kebijakan PPKM darurat. Pasalnya, pemerintah akhirnya sadar untuk lebih memprioritaskan sektor kesehatan dibandingkan dengan perekonomian.
"Tapi tidak apa-apa. Meski sedikit terlambat, pemerintah akhirnya bisa memprioritaskan kesehatan daripada ekonomi," tuturnya.
Riefky menjelaskan kebijakan PPKM darurat sebagian di 44 kabupaten/kota di Jawa dan Bali mulai 3 Juli 2021 bertujuan untuk menahan penyebaran varian delta yang sangat menular. PPKM darurat sebagian berarti tempat-tempat umum, seperti mal, taman, dan tempat ibadah ditutup.
Sementara itu, restoran hanya dapat melayani pesan bawa atau pesan antar. Sedangkan toko kelontong dan supermarket membatasi pelanggan hingga setengah dari kapasitas mereka dan harus tutup sebelum pukul 8 malam.
"Penghalang jalan dan pos pemeriksaan didirikan, pasukan militer dan kepolisian dikerahkan untuk memberlakukan pembatasan pergerakan hingga 20 Juli 2021," urai dia.
Di sisi lain, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) RI pada Juni 2021 membaik menjadi 107,4 atau naik tiga poin dari bulan sebelumnya, yang menunjukkan optimisme konsumen terus menguat. Kepercayaan konsumen meningkat di semua tingkat pengeluaran dan semua kelompok usia kecuali untuk responden yang berusia antara 41 dan 50 tahun.
Berbeda dengan IKK, setelah empat bulan berturut-turut meningkat, Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia turun menjadi 53,5 pada Juni 2021, turun dari rekor tertinggi sebesar 55,4 pada Mei. Penurunan ini sejalan dengan penurunan surplus perdagangan menjadi USD1,32 miliar pada Juni 2021 dari USD2,70 miliar pada bulan sebelumnya.
Dengan angka tersebut, Indonesia mempertahankan surplus perdagangan sejak Mei 2020. Turunnya surplus pada Juni 2021 dapat disebabkan oleh peningkatan impor yang lebih tinggi, yang tumbuh sebesar 21,03 persen (mtm), sedangkan ekspor hanya meningkat sebesar 9,52 persen (mtm).
Menurutnya, ekspansi impor terdiri dari kenaikan barang modal, bahan baku, dan barang konsumsi masing-masing sebesar 35,02 persen (mtm), 19,15 persen (mtm), dan 16,92 persen (mtm).
"Di sisi lain, peningkatan ekspor didorong oleh kenaikan pengiriman minyak dan gas bumi sebesar 9,52 persen (mtm). Ini mengindikasikan bahwa peningkatan permintaan seiring dengan pemulihan global, serta lonjakan ekspor barang manufaktur sebesar 7,34 persen (mtm)," pungkas Riefky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id