"Hal ini dipengaruhi oleh ketidakpastian yang masih meliputi pemulihan ekonomi global, sentimen potensi kenaikan Federal Funds Rate (FFR) yang diperkirakan pada Desember 2016, dan fluktuasi harga minyak," kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (10/11/2016).
Pasar saham domestik relatif stabil di tengah kecenderungan net sell nonresiden sebagai langkah price in investor menjelang rencana kenaikan FFR di akhir tahun. Pasar saham domestik pada Oktober 2016 menguat sebesar 1,1 persen.
"Penguatan ini didorong oleh sektor pertambangan yang menguat 13,7 persen seiring berlanjutnya tren peningkatan harga batubara. Secara year to date, IHSG telah menguat sebesar 18,1 persen," lanjut dia.
Menguatnya ekspektasi kenaikan FFR juga, jelas Muliaman, berimbas di pasar SBN yang cenderung melemah disertai meningkatnya aksi jual investor nonresiden. Rata-rata yield jangka pendek, menengah, dan panjang naik masing-masing sebesar 13 basis poin (bps), 20 bps, dan 27 bps.
Kecenderungan net sell nonresiden menjelang kenaikan FFR juga terjadi pada akhir 2015, namun intensitas net sell saat ini terpantau jauh lebih moderat. Secara ytd, nonresiden masih melakukan net buy cukup signifikan di saham dan SBN masing-masing sebesar Rp32,2 triliun dan Rp117,1 triliun.
"OJK melihat bahwa kondisi permodalan LJK yang cukup baik perlu dioptimalisasi untuk mendukung penguatan fungsi intermediasi. Penggunaan pasar modal sebagai sumber pendanaan khususnya bagi LJK juga perlu untuk diakselerasi di tengah tren penurunan pertumbuhan simpanan dan penurunan yield obligasi," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News