Membaiknya perekonomian Amerika Serikat (AS) tidak ditampik turut memberikan efek terhadap langkah bank sentral AS menaikkan suku bunga. Apalagi, imbal hasil treasury AS sempat menembus level tiga persen. Bahkan, terkendalinya tingkat inflasi dan tingkat tenaga kerja yang kuat membuat kenaikan Fed Fund Rate (FFR) bisa kembali terjadi di tahun ini.
"Yang disebut normal yang baru ini adalah pada saat Federal Reserve menaikkan suku bunga. Kemudian imbal hasil treasury AS ikut terangkat," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, di Kementerian Keuangan, Rabu malam, 9 Mei 2018.
Menurutnya Indonesia perlu melakukan penyesuaian dengan kondisi new normal tersebut. Artinya, suku bunga acuan dari Bank Indonesia perlu dilakukan penyesuaian ke atas untuk mengimbangi kenaikan suku bunga yang terjadi di global.
Hal tersebut, lanjut Ani, sapaan akrabnya, perlu dilakukan untuk menarik minat investor agar tetap menempatkan dananya di Tanah Air serta menekan gejolak yang terjadi pada kurs. Sebab, apabila suku bunga di negara lain meningkat namun Indonesia tidak mengikuti, investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi di negara tersebut ketimbang Indonesia.
Akibatnya, masih kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, membuat pergerakan mata uang Garuda semakin dihantam pelemahan dan sulit berbaris di zona positif. "Jadi, kita harus menyesuaikan dengan yag disebut normal yang baru itu," pungkas Ani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News