Dalam Nota Keuangan yang dibacakan Presiden Joko Widodo, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,4 persen dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018. Sementara BI memperkirakan ekonomi tumbuh 5,1 hingga 5,5 persen tahun depan.
"Jadi yang kita nanti perlu diskusikan di forum DPR, pemerintah memasang pertumbuhan ekonomi 5,4 persen di 2018, BI di kisaran 5,1 sampai 5,5 persen, hal ini perlu didiskusikan," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo di JCC, Senayan, Jakarta, Jumat 18 Agustus 2017.
Selain pertumbuhan ekonomi, BI juga menyoroti asumsi harga minyak yang digunakan pemerintah dalam RAPBN 2018. Pasalnya bank sentral justru memperkirakan harga minyak masih akan meningkat pada tahun depan.
"Kita juga lihat asumsi tentang minyak pemerintah mencantumkan minyak USD48 per barel. Itu juga lebih konservatif dari BI, karena Bank Indonesia perkirakan di 2018 itu masih ada di kisaran USD50 hingga USD52 per barel," jelas dia.
Meski demikian, BI mendukung upaya pemerintah untuk mencapai target yang dicanangkan di 2018. BI juga turut berperan dalam menjaga stabilitas nilai tukar serta tingkat inflasi yang terjaga di kisaran 3,5 persen.
"Kami melihat asumsi pemerintah di Nota Keuangan, kami nyaman, dukung, karena misalnya untuk nilai tukar pemerintah mencanangkan Rp13.500 per USD, kami melihat itu sejalan dengan BI. Inflasi juga di kisaran yang sama-sama didukung BI," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id