Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, penguatan Purchasing Managers' Index (PMI manufaktur) didorong oleh tingkat permintaan yang masih resilien serta meningkatnya kapasitas produksi, dan kebutuhan tenaga kerja.
"Peningkatan PMI manufaktur nasional di Juni ini menunjukkan sentimen pelaku usaha masih cukup optimistis, meskipun harus dihadapkan dengan dinamika perlambatan ekonomi dunia saat ini," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa, 4 Juli 2023.
Baca juga: Menperin: Industri Tekstil Masih Menderita! |
Ia menjelaskan, di kawasan ASEAN, kinerja sektor manufaktur menunjukkan perkembangan yang beragam.
Thailand dan Myanmar tercatat ekspansif di Juni yaitu masing-masing di level 53,2 dan 50,4. Sementara, Malaysia dan Vietnam masih terkontraksi di level 47,7 dan 46,2.
Menurutnya, capaian PMI manufaktur ini harus terus dijaga sebab akan berdampak pada keberlangsungan pertumbuhan ekonomi kedepannya.
"Kondisi ini perlu terus dijaga untuk menopang keberlanjutan tren positif pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja dalam jangka pendek,” ujarnya.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita sebelumnya menyampaikan PMI Manufaktur Indonesia pada Juni 2023 dengan level 52,5 mampu melampaui PMI Manufaktur ASEAN yang berada di level 51,0.
Kenaikan PMI Manufaktur Indonesia pada Juni, dinilai sejalan dengan kenaikan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang telah rilis sebelumnya, IKI di Juni 2023 mencapai 53,93 atau meningkat 3,03 poin dibandingkan Mei 2023.
"Alhamdulillah, aktivitas industri manufaktur kita terus bergeliat. Ini ditandai capaian PMI Manufaktur Indonesia tetap di fase ekspansif hingga 22 bulan berturut-turut," ucap Agus dalam keterangannya.
Ia menjelaskan pemerintah bertekad untuk fokus menjalankan kebijakan-kebijakan strategis yang mendukung sektor industri seperti menjaga ketersediaan bahan baku dan energi, perluasan pasar, pengoptimalan produk dalam negeri, serta substitusi impor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News