"Aktivitas pemulihan masih belum stabil dan solid, kita harap kita bisa bertahan, karena ini masih cukup rapuh dan harus dijaga bersama," kata Ani sapaannya dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Selasa, 25 Agustus 2020.
Menurut Ani perkembangan indikator ekonomi dari sisi keuangan juga cukup rentan. Apalagi kinerja ekspor pada bulan lalu tumbuh 14,33 persen dibandingkan bulan sebelumnya meski secara secara year on year (yoy) masih negatif 9,9 persen. Sementara impor tumbuh negatif 2,73 persen (mtm) dan negatif 32,55 persen (yoy).
"Perkembangan indikator dari sisi keuangan, meski disampaikan volatilitas mulai menurun, mulai bisa dikelola, namun tidak berarti ada pembalikan yang solid. Masih dalam stabil tapi sangat dini dan sangat rapuh, dan ini harus dijaga semuanya," jelas dia.
Dari sisi penerimaan pajak, setoran dari sektor usaha industri pengolahan mengalami kontraksi hingga minus 28,91 persen, sektor perdagangan minus 27,34 persen, sektor jasa keuangan dan asuransi terkontraksi minus 6,89 persen, konstruksi dan real estate kontraksinya mencapai minus 18,42 persen.
Sementara itu, penerimaan pajak dari sektor pertambangan terkontraksi hingga minus 44,80 persen, sektor transportasi dan pergudangan minus 20,93 persen. Ia berharap, pemulihan ekonomi tetap bisa berlangsung hingga akhir tahun, sehingga menghindari resesi pada tahun ini.
"Karena beberapa kegiatan masyarakat dan ekonomi tidak mengalami akselerasi yang cepat pada Juli lalu, sehingga kita lihat apakah di Agustus tren itu bertahan mendekati zona nol dan kita jaga untuk tidak mencapai resesi atau struggle untuk mencapai zona netral," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News