Dalam rapat kabinet dengan Presiden Joko Widodo, ia mengungkapkan, kenaikan inflasi secara global ini telah menjadi perhatian pemerintah. Pasalnya dengan situasi kenaikan inflasi saat ini akan mendorong kenaikan suku bunga acuan.
"Ini akan mendorong kenaikan suku bunga dan pengetatan likuiditas. Tentu ini akan memberikan dampak spillover atau rambatan yang harus diwaspadai," kata dia, dalam video conference, Rabu, 16 Februari 2022.
Sri Mulyani menjelaskan, salah satu dampak yang mungkin terasa adalah arus modal keluar karena kenaikan suku bunga di AS. Selain itu, dampak lainnya adalah kenaikan imbal hasil dari surat berharga.
"Dalam bentuk arus modal keluar akan mengalami pengaruh negatif dari kenaikan suku bunga. Dari sisi imbal hasil dari surat berharga, yang tentu akan mendorong dalam hal ini biaya untuk surat utang negara," ungkapnya.
Tak hanya negara maju, kenaikan inflasi juga saat ini sudah dirasakan oleh sejumlah negara berkembang. Bahkan di Argentina inflasi menyentuh 50 persen, Turki 48 persen, Brasil 10,4 persen, Rusia 8,7 persen, dan Meksiko 7,1 persen,
"Kenaikan inflasi yang tinggi tentu akan bisa mengancam proses pemulihan ekonomi, karena daya beli masyarakat tergerus. Ini yang akan diwaspadai," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id