"Soal keputusan impor beras masih menunggu data di lapangan," kata Gobel, ketika ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Kamis (6/8/2015).
Ia menjelaskan, untuk melakukan impor beras, maka keputusan tersebut harus menunggu persetujuan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tak hanya itu, aksi impor juga harus dilakukan berdasarkan data-data yang valid.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Adi Lumaksono meminta kepada Bulog untuk memperkuat stok beras di akhir tahun sehingga memiliki stok sebanyak 2-2,5 juta ton. Langkah ini dilakukan agar meredam gejolak El Nino, dan tidak krisis beras di awal 2016.
"Kalau El Nino mulai Oktober, berarti musim tanam Oktober akan berpengaruh, dan berpengaruh pada produksi 2016. Agar awal tahun 2016 tidak terjadi panceklik, idealnya Bulog harus punya stok 2-2,5 juta ton," jelas Adi.
Adi menjelaskan, untuk memiliki stok beras 2-2,5 juta ton, pemerintah harus memiliki tambahan anggaran sebesar Rp3 triliun. Langkah itu pun harus dibarengi dengan sikap Kementerian Pertanian (Kementan) dalam meningkatkan produksi beras. Jikalau produksi beras tidak jatuh akibat adanya gejolak El Nino, maka stok beras masih akan tetap aman, dan tidak perlu dikhawatirkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News