Gubernur BI Agus Martowadojo mengatakan, kondisi perekonomian Amerika Serikat (AS) yang semakin membaik memungkinkan bank sentral AS, The Federal Reserve, menaikkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) mereka. Bahkan, kenaikan Fed Fund Rate diprediksi terlaksana pada akhir tahun ini.
"Fed Fund Rate itu sudah tujuh tahun mendekati nol persen, sekarang 0,25 persen. Kemungkinan nanti akan dinaikkan," ujar Agus, dalam acara Memantapkan Perekonomian Indonesia 2016, di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (26/11/2015).
Persoalan ekonomi Indonesia, sebut dia, tak hanya dipengaruhi dari kondisi AS, tetapi melemahnya perekonomian Tiongkok juga turut menyumbang jebloknya perekonomian RI. Dalam 10 tahun terakhir hingga 2014, pertumbuhan ekonomi negeri Tirai Bambu berada di atas 10,4 persen. Sayangnya, dalam dua tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Tiongkok anjlok hingga menyentuh di level 6,4 persen.
"Hubungan ekonomi kita dengan Tiongkok cukup tinggi. Namun jika Tiongkok mengalami perlambatan, maka Indonesia akan ikut mengalami pelemahan dalam pertumbuhan ekonomi," papar Agus.
Di tempat yang sama, Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono mendukung langkah BI mempertahankan BI rate di level 7,5 persen. Menurutnya, langkah ini tepat mengingat The Fed diprediksi bakal menaikkan suku bunga acuan mereka.
"Kalau BI rate diturunkan itu akan membuat keluarnya dana asing di dalam negeri semakin deras. Kalau itu terjadi, maka nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) akan semakin melemah," pungkas Tony.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id