Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Pemerintah Mulai Khawatir Ketidakpastian Global Bikin Ekonomi RI Ikut 'Mengkerut'

Husen Miftahudin • 22 Oktober 2023 15:45
Jakarta: Pemerintah mulai khawatir terhadap situasi dan kondisi ekonomi global yang terus-terusan menghadapi tekanan. Memanasnya tensi geopolitik hingga meningkatnya harga minyak dunia dikhawatirkan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia ikut-ikutan ambruk.
 
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui dunia masih terus dibayangi berbagai risiko dan ketidakpastian. Mulai dari risiko pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melemah, harga komoditas yang volatile, geopolitik perang Ukraina-Rusia dan konflik Palestina-Israel, fragmentasi ekonomi (antitesis dari integrasi ekonomi), ancaman El Nino dan perubahan iklim, risiko debt-distress, kontraksi PMI Manufaktur global, serta meningkatnya harga minyak dunia.
 
Kondisi tersebut membuat pertumbuhan ekonomi global melemah dan melambat serta tidak merata. Pada 2023 ini, ekonomi global diperkirakan hanya tumbuh 2,9 persen dan tahun depan turun ke 2,8 persen.
 
Menurut Airlangga, kondisi perlambatan ekonomi global ini akan meningkatkan risiko terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV-2023. Untuk 2024, peningkatan risiko global diperkirakan juga akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan mampu mencapai 5,2 persen.
 
"Perlambatan ekonomi dunia dan berbagai risiko serta ketidakpastian global, berpotensi akan meningkatkan risiko bagi pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV-2023 dan di 2024," ungkap Airlangga dikutip dari keterangan tertulis, Minggu, 22 Oktober 2023.
 
Di sisi lain, Airlangga yakin Indonesia masih memiliki fundamental ekonomi yang baik, sebab pertumbuhan ekonomi nasional mampu mencatatkan angka di atas lima persen selama tujuh kuartal berturut-turut. Inflasi Indonesia pada September 2023 juga terjaga di level 2,28 persen (yoy) dan menjadi yang terendah sejak Februari 2022.
 
PMI Manufaktur pun masih terus di level ekspansif, optimisme masyarakat dari sisi IKK masih cukup tinggi, Indeks Penjualan Riil yang masih tumbuh positif, serta neraca perdagangan pada September 2023 yang masih surplus sebesar USD3,42 miliar, melanjutkan surplus selama 41 bulan berturut-turut.
 
Baca juga: 4 Tahun Pemerintahan Jokowi–Ma’ruf, Pertumbuhan Ekonomi Capai 5,3%
 

'Mati-matian' undang investasi

 
Untuk dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,3 persen (yoy) pada 2023, pemerintah terus bekerja keras dengan mengundang para investor agar mau menanamkan modalnya di Indonesia.
 
Airlangga memperkirakan, kebutuhan investasi yang diperlukan yakni sebesar Rp6.189,10 triliun dengan mayoritas porsi investasi dari masyarakat sebesar 84,7 persen, kemudian dari pemerintah sebesar 9,7 persen, dan selebihnya dari BUMN.
 
Sementara itu, untuk meraih target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen (yoy) pada 2024, kebutuhan investasi yang diperlukan dari berbagai pelaku ekonomi yakni berada pada kisaran Rp6.900 triliun.
 
"Jika dilihat dari sumber investasinya, kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dari investasi pemerintah, perbankan, pasar modal, capital expenditure BUMN, penanaman modal, serta internal pendanaan korporasi," terang dia.
 
Lebih lanjut, dengan target pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan investasi tersebut, sektor Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada 2024 diharapkan mampu memberikan sumbangan investasi sekitar Rp1.600-an triliun.
 
Berdasarkan share realisasi 2022 dan target 2023, papar Airlangga, sumber dari PMA dan PMDN mampu memberikan sumbangan sekitar 22 persen dari total kebutuhan investasi.
 
Selain memperhatikan data historis dan kebutuhan untuk pemenuhan target pertumbuhan, terdapat beberapa hal lainnya yang juga menjadi pertimbangan, di antaranya yakni pemberlakuan UU Cipta Kerja, berbagai kebijakan kemudahan berusaha yang terus digulirkan, adanya kebutuhan investasi yang besar untuk mendukung kebijakan hilirisasi dan transisi energi, serta kebutuhan investasi dalam penyelesaian berbagai Proyek Strategis Nasional (PSN).
 
Dengan memperhatikan kondisi tersebut, dalam Ratas Pembahasan Kebijakan Ekonomi Makro (KEM) dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (PPKF) Tahun 2024 pada Februari 2023, telah dibahas bersama Presiden Joko Widodo mengenai target penanaman modal untuk 2024 yakni sebesar Rp1.650 triliun.
 
"Pemerintah, investor, asosiasi dan pelaku usaha, perbankan, maupun media berperan sangat penting dalam membangun optimisme pembangunan ekonomi Indonesia. Seluruh pihak diharapkan dapat bersinergi dan memberi kontribusi yang terbaik dalam menghadapi berbagai tantangan global yang tidak mudah," tegas Airlangga.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan