Saat Yunani keluar dari zona ini, maka akan mengguncang pasar keuangan dunia. Keguncangan ini juga akan terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Lantas apa langkah pemerintah Indonesia untuk meminimalisir dampak tersebut?
Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengaku pemerintah sudah memikirkan dampak terhadap ekonomi Indonesia terutama di sektor keuangan bila Yunani benar-benar dikeluarkan dari zona Eropa. Terlepas dari itu, Bambang menilai, pengaruh dari gunjang-ganjing utang Yunani ini lebih kepada masalah kepercayaan pasar global.
Bambang menambahkan, negara-negara seperti Indonesia dinilai rentan akan risiko untuk investor memarkir dana. Investor bakal memilih negara yang lebih aman untuk berinvestasi, seperti Amerika Serikat (AS). Mereka akan lebih banyak menggenggam dolar AS (USD).
"Ya ini lebih pada masalah confidence market global. Jadi, ya kita tentunya harus punya persiapan yang kuat," kata Bambang, ditemui di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Rabu (24/6/2015).
Bambang menjelaskan, pemerintah terus berupaya menjaga fundamental makroekonomi dengan cara menjaga kestabilan nilai tukar rupiah di pasar keuangan. Selain itu, pengaturan dan pengelolaan anggaran negara juga akan dijaga agar terjamin keberlanjutannya.
"Ya kita jaga pada nilai tukar. Kita jaga pada fundamental makro tadi. Paling penting, dari anggaran kita, dari defisit transaksi berjalan. Sejauh ini variable-variable semua itu dalam kondisi yang bagus, kecuali nilai tukar kita. Kita upayakan supaya tidak volatile lagi," ujarnya.
Lebih lanjut dirinya mengingatkan, efek dari masalah Yunani tidak hanya menimpa Indonesia saja, namun juga memukul ekonomi dunia. "Tapi dampak dari Yunani-nya sendiri itu pasti berimbas ke seluruh dunia, tidak hanya di beberapa negara," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News