Pada 2022, Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ditargetkan antara minus 4,51 persen hingga minus 4,85 persen dari PDB. Target ini dinilai masih realistis karena pemerintah masih membutuhkan ruang untuk konsolidasi fiskal.
"So far asesmen kami on track, makanya kami menaruh 4,5 sampai 4,8 persen. Itu rentang yang realistis karena 2022 masih kita butuhkan," kata Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Hidayat Amir dalam diskusi di Jakarta, Jumat, 4 Juni 2021.
Meski begitu, ia menyebut penetapan defisit APBN 2022 ini masih harus melalui proses yang panjang yaitu pembahasan dengan DPR. Pasalnya pemerintah baru mengajukan dokumen Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2022.
Tahun depan, pendapatan negara ditargetkan meningkat ke kisaran 10,18 sampai 10,44 persen PDB atau Rp1.823,5 triliun hingga Rp1.895,4 triliun. Belanja negara akan mencapai kisaran 14,69 sampai 15,30 persen PDB atau Rp2.630,6 triliun hingga Rp2.776,6 triliun.
Dengan target penerimaan dan belanja tersebut, defisit APBN tahun depan diperkirakan antara Rp807 triliun sampai Rp881,3 triliun. Apabila dibandingkan dengan tahun ini, defisit anggaran diproyeksikan lebih rendah dari Rp1.006,3 triliun atau minus 5,7 persen dari PDB.
Ia menambahkan, pemerintah tetap optimistis bahwa defisit APBN akan kembali berada di bawah tiga persen sebagaimana amanat Undang-Undang. Apalagi pemerintah diwajibkan mencapai hal tersebut pada 2023 seiring pemulihan dari dampak pandemi.
"Kalau ekonominya sudah semakin membaik, fiskalnya bisa dikembalikan (kembali ke disiplin defisit anggaran di bawah tiga persen dari PDB)," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id