Ilustrasi -- MI/ATET DWI PRAMADIA
Ilustrasi -- MI/ATET DWI PRAMADIA

3 Hal Utama Agar RAPBN 2015 Optimal

Husen Miftahudin • 20 Agustus 2014 18:00
medcom.id, Jakarta: Pemerintah mendatang dianggap tidak bisa banyak melakukan manuver dengan terbatasnya persentase belanja tak terikat (discretionary spending).
 
Hal ini karena melihat postur anggaran dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015 porsi belanja terikat (mandatory spending) yang sangat besar sehingga mengurangi porsi belanja tak terikat.
 
Menurut Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Hendri Saparini, pemerintah mendatang harus mengoptimalkan beberapa hal terlepas dari kecilnya porsi discretionary spending.

"Pertama, meningkatkan efektivitas penggunaan belanja terikat, di antaranya melalui perbaikan manajemen penganggaran dan peningkatan kapasitas birokrasi," ujar Hendri, dalam Media CORE Discussion, di Warung BEJO, Jalan Tebet Barat Dalam Raya No. 128, Jakarta Selatan, Rabu (20/8/2014).
 
Ia mencontohkan, seperti belanja pendidikan yang dipatok sebesar 20 persen dari APBN, masih didominasi peningkatan gaji guru dan dosen. Di sisi lain, belanja untuk meningkatkan infrastruktur pendidikan khususnya pendidikan dasar masih sangat minim.
 
"Akibatnya suplai infrastruktur yang dibangun pemerintah tidak signifikan dalam memenuhi permintaan masyarakat yang semakin tinggi. Di samping itu besarnya alokasi anggaran pendidikan ternyata memiliki tingkat penyerapan rendah, belum efisien, serta rawan terhadap praktik-praktik korupsi," papar Hendri.
 
Kedua, lanjutnya, proporsi belanja tak terikat yang kecil semestinya tidak serta merta membuang ruang gerak pemerintah menjadi minimal di tahun pertama, namun dapat dimanfaatkan untuk melakukan perbaikan orientasi dan arah kebijakan dari pemerintahan yang baru serta difokuskan pada penyelesaian masalah-masalah fundamental ekonomi.
 
"Seperti dalam ketahanan dan kemandirian pangan nasional. Pemerintah baru harus dapat melakukan revitalisasi peran Bulog sebagai badan penyangga supply dan demand pangan domestik untuk mengurangi risiko beban impor pangan yang terus meningkat," jelasnya.
 
Terakhir, tambah Hendri, adalah meningkatkan pendapatan melalui perluasan basis sumber penerimaan negara yang selama ini masih belum digarap secara serius.
 
"Ketiga hal ini bisa membuat pemerintah mendatang sedikit bisa melakukan manuver dari terbatasnya persentase belanja tak terikat (discretionary spending)," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan