Ia mengatakan, pendapatan negara adalah Rp100,1 triliun hingga akhir Januari 2021 atau tumbuh negatif 4,8 persen. Sementara di sisi lain, belanja negara mencapai Rp145,8 triliun atau meningkat 4,2 persen dari periode sama tahun lalu sebesar Rp139,9 triliun.
"Karena APBN instrumen fiskal yang melakukan akselerasi pemulihan dan terlihat dalam belanjanya semua positif growth dibandingkan Januari tahun lalu," kata dia dalam video conference di Jakarta, Selasa, 23 Februari 2021.
Sri Mulyani merinci belanja negara terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp94,7 triliun atau naik 32,4 persen dari Januari tahun lalu sebesar Rp71,5 triliun. Sementara realisasi transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp51,1 triliun hingga akhir Januari.
"Ini lah yang kita sebutkan daya dorong dari belanja di bulan Januari. Termasuk untuk belanja kementerian/lembaga yang melonjak Rp48 triliun dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp30,9 triliun atau melonjak 55,6 persen," jelas dia.
Sementara pendapatan negara terdiri dari penerimaan pajak Rp68,5 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp19,1 triliun. Sedangkan penerimaan bea cukai tercatat naik 175,3 persen menjadi Rp12,5 triliun dibandingkan Januari 2020 sebesar Rp4,5 triliun.
"Mungkin pendapatan negara secara keseluruhan relatif comparable meski komposisinya berbeda, karena kenaikan atau penerimaan Januari ini selain pajak yang Rp68,5 triliun, untuk cukai kita terjadi lonjakan Rp12,5 triliun," pungkasnya.
Ia menambahkan, pemerintah saat ini masih memiliki sisa lebih anggaran (SILPA) sebesar Rp120,2 triliun. Di sisi lain, pembiayaan anggaran telah mencapai Rp165,9 triliun atau 16,5 persen dari target dalam APBN 2021 sebesar Rp1.006,4 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id