"Pada saat Indonesia menghadapi krisis tahun 97-98, dibutuhkan empat tahun untuk memulihkan ekonomi kita sampai kepada level GDP pre-crisis. Untuk covid ini, dalam waktu satu setengah tahun, kita telah mampu kembali kepada pre-covid GDP level," kata dia dalam Working Lunch: Joint Side Event Sherpa Track dan Finance Track Presidensi G20 Indonesia, Rabu, 15 Desember 2021.
Sri Mulyani mengungkapkan, cepatnya pemulihan tersebut merupakan hasil dari resiliensi sektor keuangan dan dunia usaha, serta instrumen dan kebijakan pemerintah yang responsif. Meskipun semua ini merupakan hal yang patut disyukuri dan dibanggakan, namun ia mengingatkan bahwa tugas belum selesai.
Jika dilihat dari sisi penciptaan kesempatan kerja, ia menyebut, pengangguran telah berhasil menurun dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Tingkat pengangguran dapat ditekan hingga level 6,5 persen, setelah sempat melonjak di atas 7,1 persen, sehingga diharapkan pemulihan juga dirasa dirasakan langsung oleh masyarakat.
"Kita harapkan ekonomi momentum pemulihannya menguat dan APBN kita juga mulai mengalami penyehatan juga sehingga 2022 kita harap pemulihan ekonomi makin terakselerasi dan APBN juga akan bisa terkonsolidasi secara bertahap," ujar dia.
Sri Mulyani berharap hal tersebut akan menjadi modal pada 2022 saat Indonesia akan menjadi tuan rumah dari berbagai rangkaian kegiatan G20, seperti di level keuangan dan bank sentral di mana Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia menjadi co-host, serta di level Sherpa oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian dan Menteri Luar Negeri.
"Kita harapkan ini akan menimbulkan suatu optimisme dan sinergi sehingga Indonesia tidak hanya sukses menjadi tuan rumah dan Presidensi G20, namun juga sukses untuk menunjukkan pemulihan ekonomi Indonesia dan penanganan covid yang baik," pungkasnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News