Jakarta: Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan sektor kehutanan berkontribusi besar dalam penurunan karbon dioksida (CO2). Melalui Nationally Determined Contribution (NDC), Indonesia berkomitmen menurunkan emisi karbon sebesar 29 persen dengan upaya sendiri dan 42 persen melalui bantuan internasional.
"Jadi sektor kehutanan berkontribusi mengurangi 497 juta ton CO2 untuk mencapai target 29 persen atau 692 juta ton untuk target 41 persen," kata Sri Mulyani dikutip Sabtu, 26 Maret 2022
Lebih lanjut, sektor lainnya yang memberikan kontribusi terbesar penurunan emisi karbon adalah energi dan transportasi yakni sebesar 314 juta ton untuk target 29 persen dan 441 juta ton untuk 41 persen.
Untuk sektor limbah, kontribusinya mencapai penurunan 11 juta ton untuk target 29 persen atau 26 juta ton untuk mencapai NDC 41 persen, sektor pertanian sebesar sembilan juta ton atau empat juta ton, serta sektor energi, industri dan penggunaan produk (IPPU) 2,75 persen atau 3,25 persen.
Selain memiliki kontribusi yang besar, penurunan CO2 di sektor kehutanan juga memakan biaya yang sedikit, yakni Rp77,82 triliun untuk mencapai target NDC sebesar 29 persen atau Rp93,28 triliun untuk mencapai target 42 persen.
Sementara itu, penurunan CO2 di sektor energi dan transportasi justru membutuhkan biaya yang sangat besar, yaitu Rp3.307,2 triliun untuk mencapai target emisi 29 persen atau Rp3.500 triliun untuk target 41 persen.
"Ini jadi suatu tantangan karena negara yang mau terus maju dan berkembang pasti kebutuhan energi dan transportasinya meningkat," ungkap dia.
Dengan demikian, Sri Mulyani menilai anggaran negara mampu membiayai kebutuhan penurunan CO2 tersebut karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sudah bekerja keras selama dua tahun terakhir untuk menghadapi pandemi.
"Dibutuhkan partisipasi seluruh pihak untuk bergotong-royong mengatasi perubahan iklim di Indonesia," pungkasnya.
"Jadi sektor kehutanan berkontribusi mengurangi 497 juta ton CO2 untuk mencapai target 29 persen atau 692 juta ton untuk target 41 persen," kata Sri Mulyani dikutip Sabtu, 26 Maret 2022
Lebih lanjut, sektor lainnya yang memberikan kontribusi terbesar penurunan emisi karbon adalah energi dan transportasi yakni sebesar 314 juta ton untuk target 29 persen dan 441 juta ton untuk 41 persen.
Untuk sektor limbah, kontribusinya mencapai penurunan 11 juta ton untuk target 29 persen atau 26 juta ton untuk mencapai NDC 41 persen, sektor pertanian sebesar sembilan juta ton atau empat juta ton, serta sektor energi, industri dan penggunaan produk (IPPU) 2,75 persen atau 3,25 persen.
Selain memiliki kontribusi yang besar, penurunan CO2 di sektor kehutanan juga memakan biaya yang sedikit, yakni Rp77,82 triliun untuk mencapai target NDC sebesar 29 persen atau Rp93,28 triliun untuk mencapai target 42 persen.
Sementara itu, penurunan CO2 di sektor energi dan transportasi justru membutuhkan biaya yang sangat besar, yaitu Rp3.307,2 triliun untuk mencapai target emisi 29 persen atau Rp3.500 triliun untuk target 41 persen.
"Ini jadi suatu tantangan karena negara yang mau terus maju dan berkembang pasti kebutuhan energi dan transportasinya meningkat," ungkap dia.
Dengan demikian, Sri Mulyani menilai anggaran negara mampu membiayai kebutuhan penurunan CO2 tersebut karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sudah bekerja keras selama dua tahun terakhir untuk menghadapi pandemi.
"Dibutuhkan partisipasi seluruh pihak untuk bergotong-royong mengatasi perubahan iklim di Indonesia," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News