Ilustrasi. FOTO: dok MI
Ilustrasi. FOTO: dok MI

ASEAN Diyakini Jadi Titik Terang di 2023, Bagaimana dengan Ekonomi Indonesia?

Angga Bratadharma • 20 Februari 2023 14:04
Jakarta: Di tengah pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan melambat pada tahun ini, Standard Chartered percaya ASEAN akan tetap menjadi titik terang dan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal berada di atas perkiraan konsensus.
 
Ini merupakan sejumlah poin yang disampaikan dalam laporan Standard Chartered Global Focus-Economic Outlook 2023. Adapun isi laporan tersebut disampaikan pada acara tahunan Global Research Briefing (GRB) H1 2023 untuk Indonesia. Acara tersebut dibuka Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan sambutan melalui video dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
 
Mengutip keterangan tertulis Standard Chartered, Senin, 20 Februari 2023, sejumlah bank sentral di seluruh dunia diperkirakan mengambil kebijakan moneter yang ketat pada tahun ini, dan Standard Chartered memperkirakan pertumbuhan PDB global di tingkat moderat sebesar 2,5 persen di 2023, atau melambat dari perkiraan pertumbuhan ekonomi 3,4 persen untuk 2022.

Sejumlah hambatan yang dihadapi banyak negara di 2022 kemungkinan besar akan berlanjut di beberapa bulan mendatang. Standard Chartered memperkirakan pemulihan baru akan terjadi di paruh kedua tahun ini. Menahan laju inflasi tetap akan menjadi prioritas utama bagi bank sentral di negara maju terutama The Fed dan ECB.
 
Upaya menahan laju dari kedua bank sentral itu dengan masih akan memberlakukan kebijakan moneter yang ketat dalam upaya menurunkan inflasi yang didorong oleh permintaan. Namun, pendekatan restriktif tersebut kemungkinan mendorong Amerika Serikat dan ekonomi Zona Euro termasuk Inggris ke dalam resesi.
Baca: Wahai Generasi Muda, Yuk Bawa Kemajuan untuk Indonesia 2045!

Adapun Zona Euro dan Inggris mungkin sudah mencapai titik tersebut, sementara perekonomian Amerika Serikat (AS) yang berada di posisi yang lebih kuat diperkirakan Standard Chartered masuk ke dalam resesi pada paruh pertama 2023. Namun, pertumbuhan ekonomi global diramal naik di paruh kedua 2023 setelah AS dan Zona Euro keluar dari resesi yang relatif dangkal.
 
Sementara itu, Tiongkok akan menjadi pendorong penting bagi pemulihan global yang diharapkan terjadi di paruh kedua tahun ini, menyusul pertumbuhan yang lesu di 2022 dengan Standard Chartered memperkirakan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok sebesar 3,0 persen di 2022.
 
Tingkat konsumsi di Tiongkok diperkirakan mulai pulih pada kuartal kedua seiring pelonggaran peraturan pembatasan kegiatan masyarakat terkait covid-19 di negara tersebut. Sebaliknya, kawasan ASEAN mengalami perbaikan pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu setelah melewati 2021 yang penuh tantangan.
 
Hal itu ketika pembatasan kegiatan masyarakat terkait covid-19 berdampak pada aktivitas ekonomi. Wilayah ini diperkirakan mengalami pemulihan yang berlanjut, khususnya pada konsumsi domestik, mobilitas tenaga kerja, dan pariwisata di 2023.

Perekonomian Indonesia

Sejalan dengan hal tersebut, Standard Chartered memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh sebesar 5,1 persen pada 2023, atau lebih tinggi dari perkiraan konsensus sebesar 4,9 persen.
 
Senior Economist Standard Chartered Indonesia Aldian Taloputra menjelaskan ekonomi Indonesia yang terfokus di dalam negeri, tingkat inflasi mereda, koreksi harga komoditas yang moderat, dan pengeluaran terkait Pemilu akan mendukung konsumsi.
 
"Investasi asing (FDI) di industri pengolahan mineral dan investasi publik di bidang infrastruktur akan terus mendukung peningkatan investasi. Kami rasa likuiditas yang cukup dapat memperlambat transmisi kebijakan moneter, dan meredam dampak negatif dari kebijakan moneter yang ketat terhadap perekonomian," kata Aldian.
 
Perkiraan dari Standard Chartered ini juga sejalan dengan optimisme Pemerintah Indonesia dalam menghadapi 2023. Dalam sambutannya melalui video, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemulihan ekonomi Indonesia menunjukkan suatu prestasi yang baik karena sifatnya broad-based.
 
"Seluruh sisi produksi kembali pulih, bahkan sektor yang paling berdampak yaitu transport serta akomodasi makanan dan minuman mengalami pemulihan yang sangat tinggi pada 2022 yang lalu. Di sisi lain, yakni permintaan, juga menunjukkan pemulihan yang didukung tidak hanya dari konsumsi namun juga dari sisi investasi dan ekspor," pungkasnya.

 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan