Menurut Kepala Departemen Stasistik BI Hendy Sulistiowati, peningkatan NPI didorong oleh menurunnya defisit transaksi berjalan serta meningkatnya surplus transaksi modal dan finansial. Perkembangan ini menunjukkan semakin baiknya keseimbangan eksternal perekonomian dan turut menopang berlanjutnya stabilitas makroekonomi.
Penurunan defisit transaksi berjalan, kata Hendy, disokong oleh perbaikan neraca perdagangan barang dan jasa. Posisi defisit transaksi berjalan menurun, dari USD5 miliar (2,2% PDB) pada kuartal II 2016 menjadi USD4,5 miliar (1,8% PDB) pada kuartal III 2016. Penurunan banyak dikarenakan surplus nercara perdagangan non migas, yang sejalan dengan meningkatnya harga ekspor komoditas primer dan menurunnya impor nonmigas.
"Dan juga menyempitnya defisit neraca perdagangan migas seiring dengan meningkatnya ekspor gas. Selain itu, defisit neraca jasa juga menurun terutama karena surplus neraca jasa perjalanan yang meningkat pada triwulan laporan," kata Hendy di komplek perkantoran BI, Jakarta, Jumat (11/11/2016).
Adapun surplus transaksi modal dan finansial juga mengalami peningkatan, yang disokong oleh sentimen positif terhadap prospek perekonomian domestik dan meredanya risiko global. Surplus transaksi modal dan finansial pada kuartal III-2016 mencapai USD9,4 miliar, lebih tinggi bila dibandingkan dengan surplus pada kuartal II-2016 sebesar USD7,6 miliar maupun surplus pada kuartal I-2016 sebesar USD4,4 miliar.
"Peningkatan surplus transaksi modal dan finansial ditopang oleh aliran masuk modal investasi langsung yang meningkat signifikan menjadi USD5,2 miliar, dipengaruhi oleh neto penarikan utang korporasi antar-afiliasi pada kuartal III 2016 setelah pada triwulan sebelumnya mencatat neto pembayaran utang," ungkap Hendy.
Perkembangan NPI yang ada, diakui Hendy, akan memperkuat cadangan devisa. Posisi cadangan devisa di akhir September 2016 mencapai USD115,7 miliar, angka itu meningkat bila dibanding posisi kuartal II-2016 yang mencapai USD109,8 miliar. Jumlah cadangan devisa cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah selama 8,5 bulan dan berada di atas standar kecukupan internasional.
Lanjut Hendy, dia meyakini posisi NPI akan tetap membaik yang didukung oleh kebijakan moneter dan makroprudensial yang lebih berhati-hati, serta penguatan koordinasi kebijakan dengan pemerintah dalam mendorong percepatan reformasi struktural guna meningkatkan iklim investasi dan daya saing ekonomi.
"Kami juga akan waspada berbagai risiko eksternal dan domestik yang dapat mempengaruhi kinerja neraca pembayaran secara menyeluruh," pungkas Hendy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News