Kepala BPS Suhariyanto mengatakan penurunan harga di September didominasi terjadi pada kelompok bahan makanan. Adapun inflasi tahun kalender tercatat sebesar 2,20 persen year to date (ytd) dan inflasi tahun ke tahun sebesar 3,39 persen year on year (yoy).
"Inflasi tahun kalender dan inflasi tahun ke tahun masih di bawah target. Bisa kita simpulkan bahwa inflasi di September 2019 masih terkendali," ungkap Suhariyanto dalam konferensi pers di kantor pusat BPS, Jalan Dr Sutomo, Jakarta Pusat, Selasa, 1 Oktober 2019.
Berdasarkan hasil survei BPS di 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), lanjutnya, 70 kota di antaranya mengalami deflasi. Sementara 12 kota lainnya perkembangan harganya mengalami inflasi.
Deflasi tertinggi terjadi di Sibolga sebesar 1,94 persen. Sedangkan deflasi terendah terjadi di Surabaya dengan tingkat deflasi yang tercatat sebesar 0,02 persen.
"Inflasi tertinggi terjadi di Meulaboh sebesar 0,91 persen dan inflasi terendah di Watampone dan Palopo yang masing-masing inflasinya tercatat sebesar 0,12 persen. Di Meulaboh, ini terjadi karena kenaikan berbagai harga komoditas ikan," beber Suhariyanto.
Menurut Suhariyanto, deflasi September 2019 terjadi karena adanya penurunan harga di kelompok pengeluaran bahan makanan dengan andil deflasi sebesar 0,44 persen. Terbesar ialah penurunan harga cabai merah dengan andil deflasi 0,19 persen.
"Kemudian bawang merah dengan andil deflasi 0,07 persen, daging ayam ras andilnya 0,05 persen, cabai rawit 0,03 persen, telor ayam ras andil 0,02 persen. Deflasi untuk bahan makanan karena penurunan harga-harga kebutuhan plus daging dan telor ayam ras," urai dia.
Di satu sisi, penyumbang inflasi di kelompok bahan makanan ialah kenaikan harga beras sebesar 0,12 persen dengan andil 0,01 persen. Namun kenaikan tersebut tak membuat Suhariyanto khawatir karena cadangan beras hingga saat ini masih cukup.
Di kelompok pengeluaran makanan jadi seperti mi, nasi, lauk pauk, serta rokok kretek filter terjadi inflasi dengan andil masing-masing sebesar 0,01 persen. Kemudian di kelompok pengeluaran perumahan juga terjadi inflasi sebesar 0,02 persen.
"Komoditas dominan di kelompok perumahan yang terbesar ialah tarif sewa rumah dengan andil sebanyak 0,01 persen," tuturnya.
Sementara di kelompok pengeluaran sandang, komoditas paling dominan ialah emas dan perhiasan. Kenaikan harganya menyumbang inflasi sebanyak 0,05 persen.
"Kenaikan emas ini terjadi di 78 kota IHK. Tertinggi terjadi di Cirebon sebesar 10 persen dan Surakarta sebanyak sembilan persen," pungkas Suhariyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News