Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Banyak Negara Tahan Stok, Bulog Buru-buru Minta Regulasi Serap Beras Panen Raya

Andhika Prasetyo, Despian Nurhidayat • 24 Februari 2023 12:58
Jakarta: Perum Bulog berkomitmen untuk segera melakukan penyerapan beras dari petani pada saat periode puncak panen raya berlangsung. Karena jangka waktu yang pendek, Bulog meminta adanya percepatan regulasi agar penyerapan dapat dilakukan secara maksimal.
 
"Prinsipnya kita sudah siapkan diri menyambut panen raya untuk maksimalkan penyerapan kita. Kita akan menggandeng seluruh stakeholders yang ada dan juga seluruh penggilingan. Kita akan terbuka dan mengajak penggilingan untuk bersama-sama memperkuat stok nasional," ungkap Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal kepada Media Indonesia, dikutip Jumat, 24 Februari 2023.
 
Namun demikian, penyerapan beras panen raya butuh regulasi yang harus diterbitkan sesegera mungkin karena waktu yang terbatas. Pasalnya, panen raya hanya terjadi pada rentang waktu April atau Mei 2023.

"Waktunya pendek sehingga kecepatan atau fleksibilitas regulasi penting. Kami yakin kita bisa atasi itu semua," tegas Iqbal.


Ditargetkan 2,4 juta ton terserap


Lebih lanjut, Iqbal menambahkan bahwa pihaknya sudah melakukan berbagai persiapan. Badan Pangan Nasional (Bapanas) pun menargetkan sebanyak 2,4 juta ton beras akan diserap Bulog di tahun ini.
 
Setidaknya 70 persen atau sekitar 1,6 juta ton dapat terserap pada puncak panen raya di tahun ini atau diprediksi akan berlangsung pada Maret-April 2023.
 
"Menyambut panen raya yang akan berlangsung pada Maret 2023, kita sudah mulai melakukan persiapan sesuai penugasan Bapanas. Kita sudah bangun rice milling plant (RMP) di 13 lokasi yang kita siap lakukan penyerapan langsung pada petani," papar Iqbal.


Operasi pasar diharap bikin harga beras stabil


Dia menekankan sampai saat ini, Bulog juga terus menyalurkan cadangan beras pemerintah (CBP) melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) atau operasi pasar.
 
Pada Januari 2023 lalu, pihaknya sudah menggelontorkan 180 ribu ton beras. Sementara di Februari 2023 ini, sekitar 150 ribu ton sudah digelontorkan Bulog.
 
"Kita akan terus gelontorkan sampai harga beras stabil. Kita gelontorkan melalui eceran, retail modern, dan distributor," jelas dia.
 
Baca juga: Presiden: Jangan Sepelekan Kenaikan Harga Beras


Diwanti-wanti Presiden


Di sisi lain, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta semua pihak betul-betul serius menangani persoalan beras. Kepala Negara tidak ingin persoalan kenaikan harga beras disepelekan, karena bisa membuat tingkat inflasi bergejolak.
 
"Ini menyangkut inflasi. Bulan lalu, hampir 50 persen inflasi dipengaruhi kenaikan harga beras. Hati-hati mengenai ini. Jangan dianggap remeh karena kejadian di negara lain sudah sangat parah," ujar Jokowi saat membuka Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia di Kalimantan Timur.
 
Jokowi memerintahkan semua pemangku kepentingan memiliki sikap dan keseriusan yang sama dalam hal menjaga pasokan dan harga komoditas pangan utama itu. Jangan sampai karena lalai dalam pengawasan, produksi menjadi menurun, barang menjadi langka dan harga menjadi tinggi di pasar.
 
"Jangan nanti sudah kejadian barangnya tidak ada karena produksi tidak dikontrol, baru semua teriak-teriak," tegas mantan Wali Kota Surakarta itu.


Semua negara tahan stok beras


Jika Indonesia sampai kekurangan pasokan beras, ia menjamin situasi akan menjadi sangat kacau. Pasalnya, upaya untuk pengadaan stok dari luar negeri pun sekarang sangat sulit.
 
Negara-negara produsen yang biasa menjadi langganan penyuplai pun, akhir-akhir ini enggan melepas stok mereka karena ancaman krisis pangan sudah ada di depan mata.
 
"Tidak mudah sekarang itu yang namanya impor beras dari negara lain karena mereka ingin memegang semua stok. Kita kemarin mau impor 500 ribu ton saja, cari ke negara yang biasa stok menumpuk, tidak mau mengeluarkan. Mereka mau jaga-jaga karena tahu tahun ini akan ada el nino. Ini yang kita semua harus mengerti dan berjaga-jaga," jelas Jokowi.
 
Sejauh ini, ia menyadari krisis pangan belum dirasakan masyarakat Indonesia. Namun, di luar negeri, pergolakan sudah terjadi. Negara-negara dengan budaya konsumsi gandum tinggi sudah kelimpungan karena stok di dunia menipis. Kekurangan pangan dan kelaparan bahkan sudah terjadi di Afrika.
 
"Kita mungkin di sini belum merasakan urusan pangan sebagai problem. Tapi negara lain sudah merasakan masalah itu. Kekurangan pangan, kelaparan, itu sudah terjadi terutama di Afrika. Di tempat kita kelihatannya masih normal saja tapi tolong ini dipantau dan dijaga betul. Produksi beras kita berapa, sih? Pastikan betul itu cukup di daerah masing-masing," tegas Presiden.
 
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan