"Pertumbuhan diproyeksikan akan tetap sehat. Pada 2019, PDB Indonesia sekitar 5,3 persen," kata Head of the Indonesia/Switzerland Desk in the OECD's Economics Department Christine Lewis, dalam sebuah seminar, di LPEM FEB UI, Jakarta, Jumat, 12 Oktober 2018.
Menurut Christine sehatnya ekonomi Indonesia ditopang oleh kebijakan moneter dan kondisi fiskal yang berhasil menyeimbangkan pertumbuhan dan stabilitas. Di sisi lain, angka kemiskinan dan ketimpangan semakin menurun, sedangkan akses pada layanan publik makin meluas.
"Setelah menurunkan suku bunga acuan di 2016-2017 guna menopang pertumbuhan ekonomi, kini Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga acuan demi memperlambat aliran modal keluar," imbuh dia.
Baca juga: OECD: Utang Indonesia Tergolong Rendah
Selain itu, defisit anggaran diperkirakan menurun pada 2018 dan 2019. Hal ini akan memberi kelonggaran lebih besar terhadap batas yang ditentukan undang-undang sebesar tiga persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
"Inflasi tahunan juga berada di tengah-tengah rentang 3,5 persen plus minus satu persen," imbuh dia.
Namun demikian, aliran modal keluar terkait pengetatan moneter di Amerika Serikat perlu diantisipasi. Pasalnya modal keluar yang besar membuat kenaikan suku bunga menjadi besar sehingga memperlambat pertumbuhan.
Baca juga: Efisiensi Investasi Publik Tingkatkan 6,5% Nilai Aset Indonesia
Sisi positifnya, reformasi peraturan dan penambahan infrastruktur yang telah dilakukan dapat meningkatkan investasi dan mempercepat ekspor.
"Risiko negatif yang penting dalam proyeksi ini adalah aliran modal keluar," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News