Ia mengungkapkan tahun lalu penerimaan negara melonjak tinggi sehingga penarikan utang bisa berkurang. Pendapatan negara pada 2021 mencapai Rp2.003,1 triliun atau tembus 114,9 persen dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 sebesar Rp1.743,6 triliun.
"Penerimaan tampaknya akan lebih kuat sehingga akan kurangi kebutuhan pembiayaan. Dan ini sudah terjadi di 2021 berkurang signifikan kebutuhan pembiayaan, sehingga bunga utang pun di 2021 sudah turun dibanding APBN," kata dia dalam video conference, Rabu, 12 Januari 2022.
Febrio menambahkan penurunan pembiayaan maupun bunga utang ini merupakan hasil dari pengelolaan utang yang sangat prudent. Di sisi lain, pemerintah juga mendapatkan pendanaan dari skema burden sharing dengan Bank Indonesia (BI) untuk kebutuhan penanganan covid-19 dan pemulihan ekonomi.
"Itu memang berdampak pada biaya ringan yang harus dibayarkan oleh pemerintah. Jadi disitu memang kelihatan sekali koordinasi antara fiskal dan moneter selama beberapa tahun ini. Dan ini tentunya merupakan kebiasaan yang sangat baik. Kenapa? Karena kita melihat kondisi perekonomian yang sama," ungkapnya.
Lebih lanjut, ia memastikan pengelolaan utang juga akan lebih baik sehingga tidak perlu dikhawatirkan. Meskipun utang sempat meningkat di 2020 dan 2021, namun menurutnya, tahun ini akan mulai flat sehingga tidak ada kenaikan secara signifikan sehingga konsolidasi fiskal bisa dilakukan dengan lebih kredibel.
"Di sisi lain tetap ada risiko, ada tapering, tingginya inflasi dunia, perlambatan perekonomian shifting policy di Tiongkok dan sebagainya, itu akan tetap menjadi risiko yang kita kelola. Meski kita lihat trenya membaik, yang di APBN 2022 akan realisasinya lebih baik dari yang diantisipasi, defisit jauh lebih rendah dari 4,85 persen PDB tapi kita siap antisipasi risiko itu," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News