baca juga: Tahun Politik Diharapkan Tak Ganggu Agenda Pembangunan Ekonomi Nasional |
"Pemilu yang akan diselenggarakan dalam beberapa bulan mendatang, akan berdampak terhadap aktivitas ekonomi sektoral, karena meningkatkan aktivitas sektor administrasi publik akibat peningkatan belanja sosial, serta penyelesaian proyek infrastruktur dan strategis nasional,” ujar Riefky, dilansir Antara, Jumat, 3 November 2023.
Alokasi belanja menjelang pemilu tersebut, menurutnya, sudah terlihat sejak kuartal II-2023, dengan sektor pemerintahan dan administrasi publik tumbuh pesat hingga 8,15 persen (yoy) dibandingkan hanya 2,09 persen (yoy) pada kuartal I-2023.
Selain itu, sektor konstruksi juga tumbuh signifikan dari hanya 0,32 persen (yoy) pada kuartal I-2023 menjadi 5,23 persen (yoy) pada kuartal II-2023.
"Periode menjelang pemilu juga akan mendorong konsumsi domestik, perdagangan secara umum, serta belanja untuk komunikasi, media, dan periklanan," ujar Riefky.
Ia menyebut berbagai data perekonomian Indonesia hingga kuartal III-2023 telah menunjukkan capaian yang positif, sehingga akan menopang pertumbuhan ekonomi nasional di sisa 2023.
Data-data positif
Data tersebut di antaranya realisasi investasi yang meningkat 7,0 persen (yoy) menjadi Rp374,4 triliun dan neraca perdagangan tercatat surplus USD3,42 miliar pada kuartal III-2023.Selain itu, data inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) terakhir per Oktober 2023 masih terjaga di level 2,56 persen (yoy), atau berada di kisaran target Bank Indonesia (BI) yang sebesar 3 plus minus 1 persen.
Ia memproyeksikan penyaluran kredit akan tumbuh lebih tinggi pada akhir 2023, mengingat per September 2023 kredit telah tumbuh 8,96 persen (yoy), serta dana pihak ketiga (DPK) telah tumbuh 6,54 persen (yoy).
Perlambatan permintaan global
Namun demikian, di sisi lain dari mancanegara, Riefky mengingatkan perlambatan permintaan global ditambah kebijakan moneter higher-for-longer bank sentral di dunia telah mendorong arus modal keluar dari berbagai negara berkembang termasuk Indonesia, sehingga menyebabkan depresiasi pada nilai tukar rupiah.Menurutnya, hal tersebut berpotensi melemahkan sektor manufaktur pada sisa 2023, mengingat ekspor Indonesia sangat bergantung pada harga komoditas global, serta profil impor Indonesia yang didominasi oleh bahan baku dan barang modal.
“Menjaga stabilitas tingkat kepercayaan konsumen, tingkat harga, dan nilai tukar menjadi kunci utama untuk meredam dampak negatif pada performa sektoral dalam negeri,” ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News