"Selama ini kan promosi atau investasi kita ini lebih banyak dipicu oleh minat dari industri yang ada di Jepang. Ke depan Pemerintah Indonesia punya fokus-fokus sendiri untuk meningkatkan investasinya," jelas Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani, saat bersama rombongan Jokowi, di Tokyo, seperti dilansir dari laman Setkab, Selasa (24/3/2015).
Menurut Franky, salah satu yang diharapkan dari penandatanganan antara JETRO dengan BKPM, selain daripada peningkatan investasi, juga diharapkan bisa mendapatkan investor Jepang yang lebih beragam.
"Selama ini kalau kita kenal pasti automotif misalnya, kemudian elektronik, kemudian juga yang terkait dengan ada monorail, dan juga ada beberapa manufacturing. Nah, ke depan ini kita tentu mengharapkan investor Jepang ini bisa masuk ke port, ke pelabuhan, ke bandara, kemudian juga bagaimana ke maritim, galangan kapal, kemudian juga pertanian," papar Franky.
Sementara itu, terkait investasi Jepang di sektor pertanian, tambah Franky, juga termasuk peternakan. Di mana sudah ada beberapa yang berminat di bidang peternakan, khususnya sapi. Selain itu, juga ada oleochemical, yang merupakan hilirisasi dari CPO.
"Jadi kita ingin lebih luas tetapi fokus kepada tujuan dari pemerintah. Kemudian, promosi-promosi ke depan ini tentu setelah promosi terus apa? Tentu yang kita inginkan adalah bagaimana investor Jepang itu yang sekarang rasionya itu adalah 6,5. Jadi 10 orang Jepang yang investasi, 6,5 itu merealisasikannya," jelas Franky.
Adapun cara meningkatkan rasio ini, yang juga tidak kalah penting adalah, bahwa tahun lalu investasi Jepang dilaporkan menurun. "Kita harapkan kerja sama ini terjadi peningkatan di dalam investasi," ujar Franky.
Pengawasan tersebut, lanjut dia, sebenarnya sudah beberapa kali diubah. Jika dulu diberi istilah unit promosi, kini telah menjadi marketing, sehingga lebih aktif dan lebih mendekati investor. Sementara untuk promosi, lanjut Franky, pendekatannya lebih kepada fasilitas booth, stan, seminar.
"Di mana investor seperti di Jepang ini ada beberapa perusahaan besar itu ternyata hanya masuk di satu atau dua sektor saja padahal unit atau divisinya itu luar. Itu yang kita coba gali tetapi itu lebih daripada bagaimana kita mengenal potensi investasi yang ada di Indonesia, rumput laut misalnya. Jadi seperti itu, memperkenalkan dengan lebih proaktif," terang Franky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News