"Banyak orang berpikir ekonomi harus tumbuh tinggi. Belum tentu karena harus dilihat indikatornya. Di Indonesia, bisa saja ekonomi tumbuh tinggi. Tapi tidak stabil dan besoknya turun lagi. Impor naik, ekspor turun, dan tidak ada tambahan devisa," ujarnya saat diskusi bersama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Atmajaya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa, 2 April 2019.
Maka dari itu, Aviliani melihat, pertumbuhan Indonesia saat ini di kisaran 5,2 persen merupakan pencapaian yang cukup bagus, asalkan stabil disokong rupiah yang menguat dan ekspor yang terus meningkat. "Yang terpenting punya kestabilan dan keberlanjutan," tambahnya.
Sementara itu, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) merencanakam pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih dari lima persen. Untuk mencapainya, Bappenas mengatakan Indonesia butuh reformasi struktural.
"Reformasi struktural bisa untuk membuat Indonesia tumbuh tinggi dan jangka panjang," kata Staf Ahli Menteri Bappenas Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Amalia Adininggar di Hotel Atlet Century Park.
Dirinya menambahkan Indonesia bisa meniru Korea Selatan dan Chili yang berhasil melakukan reformasi struktural. Namun kedua negara ini memang butuh waktu panjang untuk berhasil mengangkat ekonominya agar menjadi negara berpendapatan tinggi.
"Korea Selatan punya inovasi, bisa berpondah dari rendah ke tinggi. Chili negara tinggi, tapi dia butuh 50 tahun dari menengah ke bawah menjadi tinggi. Artinya reformasi struktural dari low middle menjadi high income ekonomi. Kita bisa mencontoh kedua negara itu," jelas dia.
Meski demikian, tak mudah bagi Indonesia menjalankan reformasi strukturalnya. Tantangan global menjadi salah satu risiko yang harus bisa dihadapi dengan baik agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap tumbuh secara konsisten.
Selain itu, tantangan lainnya adalah perlambatan ekonomi global yang bakal memengaruhi ekonomi Indonesia. Perlambatan ekonomi global juga disebabkan oleh perang dagang, sehingga dibutuhkan reformasi struktural dengan pembangunan infrastruktur.
Oleh karena itu, pemerintah berupaya membenahi iklim usaha sebagai insentif demi mendukung reformasi struktural. Pemerintah juga mendorong reformasi dari basis ekonomi komoditas menjadi manufaktur.
"Dengan teknologi kita melakukan digitalisasi menjadi peluang ekonomi tumbuh tinggi. Transformasi teknologi tanpa SDM akan menyebabkan destruksi. Makanya perlu SDM yang berkualitas. Transformasi mengubah low skill menjadi high skill," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id