Dengan begitu, lanjut Askolani, keseimbangan primer telah tercapai, dalam arti belanja sudah ada di luar utang. Keseimbangan primer sendiri dapat dilihat dari dua hal antara pendapatan yang lebih atau belanja yang lebih hemat.
Untuk 2015 dia menyatakan keseimbangan primer akan lebih hemat karena pihaknya optimistis defisit anggaran 2015 akan lebih kecil dari 2014. "Sekarang saja APBN 2015 berada di level 2,2 persen berarti lebih hemat dari 2014 mencapai 2,26 persen," kata Askolani.
Pada 2014 dia melihat pendapatan turun walaupun belanja terlihat lebih hemat. Sejauh ini efisiensi belanja dari rapat dan perjalanan dinas yang mencapai Rp16 triliun salah satunya diperoleh dari Kementerian Pertanian sebesar Rp2 triliun.
"Biasanya dominan dari pagu-pagu Kementerian/Lembaga (K/L) yang tinggi, contohnya pertanian yang langsung direalokasi untuk belanja ketahanan pangan, itu positifnya," ujar Askolani. Hal itu sesuai dengan tujuan Presiden Joko Widodo yang menginginkan anggaran untuk meningkatkan produktivitas.
Penggunaan Rp16 triliun sendiri diakui Askolani belum diketahui rinciannya karena akan bergantung usulan masing-masing K/L. Misalnya Kementerian Pertanian ditujukan untuk pupuk, irigasi, pengadaan benih, dan lain-lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News