Ketua ISEI Darmin Nasution (MI/SUSANTO)
Ketua ISEI Darmin Nasution (MI/SUSANTO)

Tekan Defisit Transaksi Berjalan via Menabung

Gervin Nathaniel Purba • 09 Juli 2015 16:02
medcom.id, Jakarta: Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Darmin Nasution menilai, untuk menekan pembengkakan defisit transaksi berjalan yang tengah melanda, maka optimalisasi gerakan untuk masyarakat meningkatkan kegiatan menabung perlu dilakukan. Apalagi, bila penempatan dana tabungan tersebut ditempatkan di perbankan.
 
"Apa yang kita alami dalam defisit transaksi berjalan sebenarnya pasangannya dalam teori ekonomi itu ada twin defisit atau defisit kembar. Kalau defisit transaksi berjalan ada pasangannya, yaitu tabungannya yang kurang dibandingkan investasi yang diperlukan," kata Darmin, dalam keynote speech-nya, di acara Dialog ISEI bertajuk "Presiden Menjawab Tantangan Ekonomi", di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (9/7/2015).
 
Ia menjelaskan, bila dikaitkan dengan aspek lain yaitu kemampuan menabung bangsa Indonesia, maka ini adalah area yang sudah lama dilupakan. Padahal, di era 1970-an terdapat kampanye besar-besaran untuk mendorong masyarakat menabung. Kegiatan menabung ini memiliki kaitan yang cukup kuat dengan menekan membesarnya defisit transaksi berjalan.

"Kita kelihatannya tidak pernah bicarakan tabungan. Yang pertama-tama tidak mampu membiayai investasi yang kita perlukan dampaknya defisit APBN dan defisit transaksi berjalan. Barangkali," kata Darmin, yang juga mantan Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) ini.
 
Menurutnya, bila dibuka akses seluas-luasnya dan adanya produk yang bisa diterima masyarakat termasuk adanya penguatan financial inclusion, sebetulnya dana yang ditabung masyarakat yang ditempatkan di bank walau cuma sebentar memiliki dampak yang besar. Bahkan, dampaknya bisa merembet terhadap laju perekonomian.
 
"Walau cuma seminggu atau tiga hari itu bisa menambah dana yang diputar oleh bank sehingga menambah kemampuan sektor keuangan kita untuk membiayai investasi yang kita perlukan," kata Darmin, kepada sejumlah undangan yang dihadiri pula oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu.
 
Secara kasar, posisi tabungan di Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tercatat sebanyak 28 persen hingga 29 persen. Namun demikian, untuk menekan pembengkakan defisit, baik defisit APBN dan defisit transaksi berjalan, Indonesia membutuhkan angka yang lebih besar lagi dari segi tabungan yaitu 30 persen hingga 33 persen.
 
"Akhirnya, selisihnya itu kita mengundang modal asing. Kalau penanaman modal asing (PMA) yang diundang tidak apa-apa. Tapi, kalau yang diundang short term capital, portfolio investmen, dan semacamnya untuk menambal dana maka risikonya akan besar. Artinya, bisa terjadi dana yang pulang ramai-ramai, seperti ada isu macam-macam sekarang ini," kata Darmin.
 
Darmin tak memungkiri bahwa berbagai macam isu yang ada bisa memengaruhi pasar keuangan di Tanah Air, termasuk isu defisit transaksi berjalan, kurs rupiah, dan semacamnya. "Akan cukup dipengaruhi seberapa besar kita membangun tabungan," pungkas Darmin.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan