Mengutip keterangan tertulis Kemenko Perekonomian, Rabu, 26 Oktober 2022, pertemuan bilateral tersebut berlangsung akrab dan konstruktif, dengan membahas sejumlah topik antara lain peran Indonesia dalam ASEAN Energy Connectivity, transformasi digital, food security dan juga membahas Partnership on Global Infrastructure and Investment (PGII).
Airlangga dan Mari Pangestu mendiskusikan berbagai upaya Pemerintah Indonesia dan peran serta World Bank mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama pada bidang transisi energi. Di Kawasan Asia Tenggara, Indonesia berencana untuk membangun konektivitas listrik yang melibatkan beberapa negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei.
Belajar pada situasi saat ini, ketersediaan energi listrik menjadi sangat penting sehingga perlu membangun energi listrik alternatif seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung dalam payung kerja sama infrastruktur jaringan listrik kawasan Asia Tenggara.
Baca: Keren! Ekonomi Indonesia Tetap Tangguh di Tengah Krisis Energi |
Terkait isu transformasi digital, Pemerintah Indonesia juga telah melakukan pengembangan Data Center di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Nongsa Digital Park (NDP) sebagai bagian upaya mendukung pengembangan ekonomi digital di Indonesia dan konektivitas internasional khususnya di Kawasan Asia Tenggara.
Adanya KEK NDP akan dapat menjadi salah satu potensi proyek pengembangan Data Center di Indonesia yang dapat menarik banyak investor. Airlangga mengingatkan ASEAN Digital Master Plan 2025 memerlukan integrasi investasi digital dan sumber energi.
ASEAN Digital Master Plan 2025 merupakan desain lima tahun untuk memfasilitasi kerja sama regional dalam pengembangan sektor digital di ASEAN. Mengenai digitalisasi sektor finansial, saat ini pemerintah tengah mengambil langkah penyesuaian seperti harmonisasi kepabeanan untuk e-commerce dan digitalisasi sektor pajak.
Terkait dengan topik Food Security, digagas ASEAN Reserve Fund untuk memastikan ketersediaan komoditas beras di Kawasan Asia Tenggara. Terkait perubahan ikllim, studi dari World Bank menyebutkan produksi pangan global menghasilkan emisi karbon yang lebih tinggi dari produksi energi ataupun deforestasi.
Menyikapi hal tersebut, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah pencegahan dengan menjalankan Sustainable Food Production.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News