Ia tak memungkiri, kondisi ekonomi Indonesia berubah begitu signifikan, ditandai oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) hingga melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di semester I-2015. Meski penyerapan RAPBN 2016 bisa mencapai 100 persen, belum bisa ditentukan apakah penyerapan tersebut berkualitas atau tidak.
"Memang situasi itu berbeda dengan ketika RAPBN 2016 disusun. Jadi, situasi ekonomi Indonesia hari ini boleh dibilang jauh lebih buruk ketika RAPBN 2016 ini disusun. Kalau diserap bahkan hingga 100 persen, tapi tidak bisa dipastikan (kualitas penyerapan) karena situasinya berubah," ungkap Pras, biasa ia disapa, dalam sebuah acara di MetroTV, di Jakarta, Jumat (14/8/2015).
Menurutnya, untuk mencegah situasi semakin buruk, pemerintah perlu menggenjot lebih maksimal penyerapan anggaran, utamanya oleh kementerian yang selama ini penyerapannya belum maksimal. Hal ini penting agar ekonomi Indonesia tidak jatuh lebih dalam lagi kepada perlambatan ekonomi.
Dalam hal ini, lanjut Pras, pemerintah perlu segera menyadari bahwa situasi dan kondisi ekonomi telah berubah begitu signifikan. Untuk itu, optimalisasi berbagai macam instrumen yang utamanya adalah penyerapan anggaran harus dilakukan semaksimal mungkin.
"Instrumen yang bisa dilakukan adalah memaksimalkan penyerapan anggaran. Anggaran dipacu agar ekspansinya bagus. Kualitas bagus nanti ada multiplier effect. Kalau pun tidak, setidaknya dengan memaksimalkan penyerapan anggaran situasi tidak bertambah buruk," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News