Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan, realisasi PEN tahun ini diprediksi hanya sekitar 80-an persen saja. Menurut dia dengan sisa anggaran yang cukup banyak, berarti program PEN tidak optimal sebagai upaya mendorong pemulihan ekonomi dari dampak pandemi covid-19.
"Kalau melihat waktunya sudah tinggal dua bulan, saya yakin realisasi anggaran PEN tidak akan bisa mencapai 100 persen. Maksimal di kisaran 85 hingga 90 persen. Tentu saja ini tidak optimal," kata dia kepada Medcom.id, Kamis, 9 Desember 2021
Senada, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira juga memperkirakan anggaran PEN tidak akan bisa sepenuhnya terealisasi. Bahkan ia menyebut, realisasi anggaran PEN tahun ini tidak berbeda dari tahun lalu yang terealisasi hanya 83,4 persen atau Rp579,8 triliun dari pagu sebesar Rp695,2 triliun.
"Hampir mustahil PEN bisa terserap 100 persen, kondisinya akan mengulang seperti tahun 2020 lalu dimana dana PEN hanya terserap 80 persen," ungkap dia.
Pemerintah sebelumnya mencatat realisasi Program PEN sampai dengan 26 November 2021 mencapai Rp501,97 triliun atau 67,4 persen dari pagu sebesar Rp744,77 triliun. Realisasi anggaran PEN ini meningkat Rp91,99 triliun dibandingkan dengan kuartal III 2021 yang sebesar Rp409,98 triliun.
Jika dilihat per klaster, realisasinya sebagai berikut, realisasi klaster kesehatan sebesar Rp136,80 triliun atau 63,6 persen dari pagu. Kemudian, realisasi klaster perlindungan sosial sebesar Rp141,37 triliun atau 75,7 persen dari pagu.
Sementara itu, realisasi klaster program prioritas sebesar Rp77,99 triliun atau 66,1 persen dari pagu, realisasi klaster dukungan UMKM dan korporasi sebesar Rp82,29 triliun atau 50,7 persen dari pagu, dan realisasi klaster insentif usaha sebesar Rp63,52 triliun atau melebihi pagunya mencapai 101 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News