Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengungkapkan faktor-faktor tertentu yang dapat meningkatkan ketidakpastian eksternal dan membatasi potensi arus modal masuk ke depan adalah agenda normalisasi moneter yang lebih cepat dari yang diantisipasi oleh The Fed yang dapat memicu 'flight to quality', kelangkaan kontainer, dan hambatan dalam pengiriman barang di Tiongkok.
"Faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan biaya pengiriman dan logistik dan mengganggu rantai pasok global, serta krisis energi global akibat pemulihan yang lambat dari sisi suplai," ujar Riefky dikutip dari rilis Analisis Makroekonomi, Selasa, 19 Oktober 2021.
Namun jika pasar bergejolak setelah The Fed mulai melakukan pengetatan, lanjutnya, Indonesia berada dalam posisi yang agak sulit. Meskipun berada dalam posisi yang lebih baik dibanding taper tantrum 2013 dalam hal cadangan devisa, krisis covid-19 dinilai masih terjadi dan sektor riil masih terhenti, sehingga membuat para pembuat kebijakan hampir tidak memiliki ruang untuk menerapkan pengetatan moneter dalam waktu dekat.
Lebih lanjut, krisis energi global juga akan berdampak pada industri dalam negeri yang sangat bergantung terhadap bahan baku impor dari Tiongkok dan India. Meski demikian, hal itu membawa peluang bagi pengembangan industri hulu dalam negeri dan menguntungkan eksportir batu bara dan kelapa sawit.
Secara keseluruhan, sebut Riefky, penurunan kasus harian covid-19 dan pelonggaran kebijakan PPKM diharapkan dapat mendorong pemulihan ekonomi domestik. Neraca perdagangan yang kuat, posisi cadangan devisa yang lebih tinggi, dan berlanjutnya program pembelian obligasi pemerintah membantu menjaga nilai tukar dan memperkuat imbal hasil obligasi.
"Sehingga, hal-hal tersebut dapat menjaga ketahanan sektor eksternal. Tapi terlepas dari itu, ketidakpastian masih menjadi perhatian yang utama," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News