Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, pemerintah telah memberikan berbagai insentif bagi perekonomian. Bahkan dukungan belanja pemerintah diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
"Sudah banyak sekali yakni insentif fiskal, mendorong spending, dan semuanya, maka insyaallah kami yakin lebih tinggi dari normal 2019. Artinya kita hitung ada kemungkinan di kisaran tujuh persen atau lebih," kata dia di Jakarta, Senin, 17 Mei 2021.
Ia menambahkan kenaikan pertumbuhan ekonomi ini juga didukung oleh low base effect yang terjadi di kuartal II tahun lalu. Sebab pada saat itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi cukup dalam mencapai minus 5,32 persen imbas pandemi covid-19.
"Kuartal II-2021 ini kita berharap lebih tinggi, siklus di kuartal II akan lebih tinggi. Kecuali kemarin (2020) pas pandemi, kontraksi betul di kuartal II. Kalau waktu normal di kuartal II tinggi sebab ada momen lebaran, Ramadan dan konsumsi tinggi," ungkapnya.
Susiwijono merinci, PDB atas dasar harga konstan (ADHK) di kuartal I-2021 adalah Rp2.683 triliun. Sedangkan pada kuartal II tahun lalu, ADHK hanya Rp2.589 triliun. Dengan asumsi kuartal II tahun ini sama dengan yang diperoleh di 2019 angkanya sudah tumbuh signifikan.
"Dengan asumsi yang enggak terlalu kita agresif sekali, hanya asumsi yang biasa saja, kita anggap sama dengan 2019 itu pertumbuhan ekonomi sudah tinggi. Katakan lah nominal ADHK Rp2.735 triliun, (pertumbuhan ekonomi) sudah 6,3 persen," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News