Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: dok MI/Moh Irfan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: dok MI/Moh Irfan.

Pendapatan Melonjak, Sri Mulyani Pede Defisit APBN 2022 di Bawah 4%

Eko Nordiansyah • 01 Juli 2022 13:54
Jakarta: Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 akan diturunkan menjadi Rp732,2 triliun. Bahkan ia meyakini defisit anggaran tahun ini bisa dibawah empat persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
 
Dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2022, pemerintah telah menurunkan defisit dari Rp868 triliun menjadi Rp840,2 triliun. Defisit anggaran tersebut turun dari target awal APBN 2022 yang sebesar 4,85 persen dari PDB menjadi 4,5 persen dari PDB.

 
"Tadinya kami telah sampaikan 4,85 ke 4,5 persen, sekarang kami memperkirakan akan di bawah empat persen, jadi ini drop ke Rp732 triliun atau hanya 3,9 persen dari PDB," kata dia rapat dengan Badan Anggaran DPR, Jumat, 1 Juli 2022.
 
Baca juga: Sri Mulyani Prediksi Pendapatan Negara Tembus Rp2.436,9 Triliun di Akhir Tahun


Salah satu penyebab turunnya defisit anggaran adalah kenaikan pendapatan negara yang akan mengalami lonjakan mencapai Rp2.436,9 triliun. Target pendapatan negara naik dari Rp2.266,2 triliun dalam Perpres 98/2022 yang sudah naik dari Rp1.846,1 triliun di APBN 2022.
 
"Dengan pendapatan yang tadi kami lihat masih sangat kuat, maka kita memperkirakan pada akhir tahun pendapatan negara mencapai Rp2.436,9 triliun, ini 107,5 persen dari Perpres yang sudah naik. Jadi Perpres sendiri sudah naik lebih dari Rp400 triliun, ini masih akan tembus di atas itu," ungkapnya.
 
Meski begitu, pemerintah juga menambah anggaran belanja negara menjadi Rp3.169,1 triliun atau 106,1 persen dari Rp3.106,4 triliun dalam Perpres 98/2022. Padahal belanja negara dalam Perpres sudah naik dari pagu awal APBN 2022 yang sebesar Rp2.714,2 triliun.
 
"Defisit yang sangat turun menggambarkan APBN kita menjadi relatif lebih sehat dan kuat dan ini adalah sesuai dengan strategi menghadapi kondisi yang sedang volatile, terutama di sektor keuangan terutama inflasi global dan kenaikan suku bunga," pungkas dia.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan