Hal ini disertai lemahnya perdagangan, tensi geopolitik, dan perlambatan ekonomi dunia. Sehingga kondisi ini akan memengaruhi Indonesia.
"Sektor riil sudah mengalami perlambatan, terlihat dari penerimaan perpajakan korporasi yang melemah," kata Ani, sapaan akrabnya, di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 14 November 2019.
Menurut dia, laju pertumbuhan yang melemah ini harus dihadapi. Salah satu instrumen penting adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai instrumen fiskal sekaligus instrumen untuk menahan (countercyclical) laju pelemahan.
"APBN sebagai stimulus belanja negara yang efektif dan memiiki dampak langsung terhadap ekonomi," tambahnya.
Ani mengatakan melalui kebijakan countercyclical, maka defisit APBN 2019 diperkirakan akan melebar hingga 2,2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), dari yang rencana awalnya 1,84 persen dari PDB.
"Kita harap langkah untuk meningkatkan defisit dapat menjaga laju pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk dijaga di atas lima persen," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News