"Yang namanya defisit transaksi berjalan dan defisit neraca perdagangan itu memang persoalan besar kita, bolak-balik saya sampaikan," kata Presiden Jokowi, usai menebar benih ikan di Bendungan Rotiklot Kabupaten Belu, NTT, seperti dikutip dari Antara, Selasa, 21 Mei 2019.
Menurut Kepala Negara rumus untuk mengatasi defisit neraca perdagangan adalah meningkatkan ekspor dan memproduksi barang-barang substitusi ekspor. "Kalau ekspor tidak meningkat, kemudian barang subtitusi impornya tidak diproduksi sendiri di dalam negeri, mau sampai kapan ini akan rampung," tegasnya.
Lebih rinci, Jokowi menyebutkan, kunci menyelesaikan masalah itu adalah industrialisasi dan hilirisasi. "Jangan sampe mengirim barang mentah, raw material, ke luar negeri, semuanya harus ada nilai tambah di dalam negeri, kuncinya di situ aja," tuturnya.
Presiden menyebutkan pemerintah sudah berupaya mengurangi defisit neraca perdagangan. "Contohnya avtur, nanti mulai bulan depan, sudah tidak ada impor avtur dan solar karena sudah dikerjakan dalam negeri," tegasnya.
Selain itu, ia menyebutkan, pemerintah mendorong tumbuhnya industri petrokimia di dalam negeri karena impor produk itu cukup besar. "Semua kok impar-impor, sampai kapanpun defisit pasti terjadi kalau impor terus," tuturnya.
Sebelumnya BPS merilis hasil ekspor dan impor pada April 2019 serta laporan neraca perdagangan. Pada periode tersebut ekspor tercatat USD12,6 miliar atau turun 13,1 persen year on year. Sedangkan impor mencapai USD15,10 miliar atau turun 6,58 persen. Dengan hasil tersebut neraca perdagangan pada April 2019 mencatatkan defisit hingga USD2,5 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News