Bahkan, alih-alih menciptakan nilai tambah, aset tersebut justru menyerap biaya untuk pemeliharaan. Misalnya, pada 1997-1998, Direktorat Jenderal (Ditjen) Kekayaan Negara Kemenkeu menyita ratusan apartemen dari perbankan yang bermasalah. Apartemen tersebut sebagai barter untuk bailout pada bank-bank tersebut.
"Kalau ratusan apartemen diam saja tidak disewakan, setiap tahun kita bayar cleaning utilitas. Berapa jumlah yang dibayar untuk aset yang enggak pernah bisa diapa-apain setiap tahun. Aset (ini) bahkan makan uang negara," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, saat peluncuran Lembaga Managemen Aset Negara (LMAN), di Jakarta, Jumat (23/12/2016).
Baca: Kelola Aset Negara, Sri Mulyani Luncurkan LMAN
Ani, sapaan akrabnya, mengatakan, dengan dasar itu maka dibentuk LMAN sebagai Badan Layanan Umum (BLU) kelolaan Kemenkeu di bawah pengawasan Ditjen Kekayaan Negara, untuk mengelola aset negara. Ani mau aset ini tidak jadi barang yang mati di pembukuan, tapi juga harus berdenyut dan bekerja untuk membangun Indonesia lebih baik lagi.
.jpg)
Menteri Keuangan Sri Mulyani (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Jika aset tersebut bisa digunakan untuk hal yang lebih produktif, lanjutnya, bisa menciptakan laverage atau peningkatan uang dan tentu tak akan menjadi beban biaya bagi keuangan negara. Malah akan menciptakan nilai tambah.
Baca: Menko Darmin Meyakini Inflasi Desember di Bawah 0,47%
Namun demikian, Ani mengatakan, jangan dipandang kalau LMAN sebagai BUMN ingin mencari untung dari aset yang dikelolanya. "Jadi jangan buat excuse. Kita enggak cari keuntungan di sini," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News