baca juga: Survei BI: Keyakinan Konsumen Masuk Zona Optimis |
Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan dampak dari kenaikan soft commodity bersifat lagging kepada inflasi sebesar enam hingga sembilan bulan. Jadi kenaikan harga beras yang mencapai Rp15.500 per kg belum terealisasi pada inflasi tahun ini yang berada di bawah tiga persen.
"Menurut hitungan kami, ada lagging puncak inflasi bisa tercapai dalam enam bulan sampai sembilan bulan ke depan walau tak seburuk yang diperkirakan sebelumnya dengan besaran di atas 3-3,5 persen," ujar Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede ketika dikonfirmasi, Rabu, 11 Oktober 2023.
Dia mengatakan faktor pendorong inflasi pada 2024 adalah kebijakan cukai berpemanis yang sudah disahkan dalam nota keuangan 2024. Hal ini bisa menyebabkan kenaikan harga gula yang selama ini kebutuhanya masih sebagian besar dipenuhi dari impor. Pemerintah perlu menarik investasi pabrik gula untuk mendorong produksi gula.
"Untuk mengatasinya pemerintah perlu menjaga stabilitas harga, perlu mendorong stok beras, impor, jaga harga dan bantuan sosial. Termasuk mulai merubah behavioral makan nasi pelan-pelan ke pangan lainnya memang butuh waktu juga. Kebijakan impor diharapkan bisa stabilize harga pangan," tegas dia.
Suku bunga turun
Namun dia mengatakan Bank Indonesia (BI) memiliki kesempatan untuk menurunkan suku bunga pada tahun depan di tengah tingginya inflasi domestik. Hal ini bisa dilakukan karena The Fed juga diperkirakan akan menurunkan suku bunga sehingga ruang untuk penguatan dolar AS menjadi semakin terbatas."Ada ruang BI turunkan suku bunga dan ada pertimbangan nilai tukar, jadi saat inflasi peak sentimen rupiah berkurang karena dolarnya tak sekuat sebelumnya karena penurunan suku bunga The Fed," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News