Pada 2015, neraca pembayaran mengalami defisit dikarenakan adanya penurunan surplus transaksi modal dan finansial yang tidak dapat sepenuhnya membiayai defisit transaksi berjalan. Kedua transaksi itu yang membuat defisit tidak terelakan lagi.
Menko Perekonomian Darmin Nasution memperkirakan neraca pembayaran Indonesia masih akan mengalami defisit di 2016. Bahkan, defisit tersebut akan lebih besar dibandingkan tahun lalu. Untuk menekan defisit itu caranya adalah tinggal bagaimana surplus di transaksi modal bisa menutup defisit transaksi berjalan atau tidak.
Pada titik ini, Darmin menjelaskan, kinerja transaksi modal bukan hanya dipengaruhi oleh situasi domestik atau buah tangan pemerintah semata, tapi juga ditentukan dengan kebijakan ekonomi global seperti Amerika Serikat (AS) dengan kebijakan suku bunga.
"Bukan hanya kita yang menentukan tapi bagaimana kebijakan AS dengan tingkat suku bunga. Kalau dia tidak terlalu baik kita bisa membaik lagi," kata Darmin, di Kemenko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, seperti diberitakan Senin (15/2/2016).
Menurut Darmin, defisit bukan sebuah persoalan yang bisa diubah dengan cepat. Apalagi, untuk transaksi perdagangan, ekspor Indonesia susah naik karena komoditas masih jatuh. Hal ini memberi beban mengingat selama ini Indonesia bergantung pada ekspor komoditas.
Mantan Gubernur Bank Indonesia ini menilai, sektor industri di Tanah Air juga belum siap. Diperkirakan, membutuhkan sekitar satu hingga dua tahun untuk bisa membangkitkan sektor industri di Indonesia. Untuk mengimbangi kinerja perdaganga yang lesu maka pemerintah dalam waktu dekat ini hanya bisa mengandalkan sektor pariwisata dan perikanan.
"Dalam situasi begitu ya berarti ekspornya enggak mudah untuk naik. Impor malah mau naik karena ekonomi menggeliat terutama barang modal dan juga nanti dampak harga. Sehingga transaksi berjalan defisit, tinggal transaksi modal bisa menutup transaksi berjalan, itu bukan hanya kita tapi global juga," jelas Darmin.
Untuk diketahui, defisit transaksi berjalan di 2015 tercatat sebesar USD17,8 miliar (2,06 persen dari Produk Domestik Bruto/PDB), atau lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat mencapai sebesar USD27,5 miliar (3,09 persen dari PDB).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News