"Konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2021 masih tumbuh 1,03 persen (yoy) atau lebih rendah dari kuartal II-2021 sebesar 5,96 persen (yoy), dan secara kumulatif sepanjang tiga kuartal di 2021 ini hanya tumbuh 1,5 persen," kata Said, dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 10 November 2021.
Pada kuartal III-2021, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi mencapai 3,51 persen atau lebih rendah dari kuartal II-2021 yang mencapai 7,07 persen. Namun pertumbuhan kuartal ketiga di tahun ini patut disyukuri karena tidak masuk ke zona kontraksi, mengingat pada Juli–Agustus 2021 Indonesia mengalami puncak kasus covid-19.
"Atas pencapaian pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2021 maka secara kumulatif pertumbuhan ekonomi kita hingga kuartal ketiga mencapai 3,24 persen," kata Said.
Sepanjang tiga kuartal di tahun 2021 ini, seluruh lapangan usaha juga menunjukkan kinerja yang membaik dan tumbuh positif, berbanding terbalik dengan sepanjang tiga kuartal di 2020 yang menunjukkan angka negatif di semua lapangan usaha kecuali jasa kesehatan dan pertanian serta kehutanan.
Pertumbuhan tertinggi di sepanjang tiga kuartal di 2021 ada pada sektor jasa kesehatan, yakni sebesar 9,81 persen. Tingginya pertumbuhan di sektor ini tak lepas dari dampak tingginya pandemi covid-19 yang dialami, dan program vaksinasi covid-19 yang secara massif dijalankan.
"Kita juga patut bersyukur, industri pengolahan yang berkontribusi 19,8 persen PDB menunjukkan tren pertumbuhan yang baik," tuturnya.
Menyarankan pemerintah
Ia menambahkan, memperhatikan atas pencapaian ekonomi Indonesia hingga kuartal III-2021 ini maka Banggar DPR menyarankan pemerintah dan otoritas keuangan untuk fokus terhadap beberapa hal. Upaya itu dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi setidaknya pada kisaran 3-4 persen di sepanjang 2021.Beberapa hal yang dimaksudkan Said yakni pertama, sektor riil akan bergerak membaik apabila ada permintaan dari konsumen. Konsumen terbesar dar PDB adalah rumah tangga. Rumah tangga bawah tentu berat untuk diharapkan belanja mereka meningkat, apalagi mereka sangat bergantung berbagai program perlindungan sosial dari pemerintah.
"Harapan tingkat konsumsi meningkat tentu dari rumah tangga menengah atas. Saya berharap Bank Indonesia (BI) mempertahankan Peraturan Bank Indonesia (PBI) yang digulirkan sejak Maret 2021 tentang Loan to Value (LTV) dan Financing to Value (FTV)," ucapnya.
Kedua, untuk menstimulasi tingkat konsumsi rumah tangga maka pemerintah perlu mengembangkan kajian lebih lanjut terhadap beberapa barang dan jasa lainnya yang mendorong tingkat konsumsi rumah tangga golongan menengah atas selain properti dan kendaraan bermotor, tanpa berisiko mendalam terhadap shortfall perpajakan.
Ketiga, pada rumah tangga menengah bawah perlu distimulasi dengan subsidi PPN terhadap barang elektronik, terutama yang kandungan TKDN-nya lebih besar. Keempat, momentum pemulihan ekonomi ini harus dijaga agar rantai pasok barang dan jasa stabil, tekanan terhadap nilai tukar rupiah terjaga dengan baik, sehingga tingkat kurs stabil.
"Serta inflasi terhadap barang dan jasa pada batas yang wajar sebagai konsekuensi atas hukum penawaran dan permintaan," tukasnya.
Kelima, tidak membuat kebijakan yang berubah-ubah terhadap perjalanan orang ke pusat perbelanjaan, syarat perjalanan menggunakan kereta api, bis umum, kapal laut, dan pesawat terbang. Ketujuh, bersamaan dengan hal itu, hingga akhir 2021 pemerintah perlu menargetkan capaian vaksinasi covid-19 dosis pertama mencapai 65 persen.
"Dan dosis kedua mencapai 45 persen dari total sasaran 208,26 juta. Bersamaan dengan percepatan vaksinasi ini, tetap melaksanakan operasi penegakkan disiplin terhadap pelaksanaan protokol kesehatan, khususnya ditempat umum, sebab saya melihat mulai ada ketidakdisiplinan terhadap budaya prokes," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News