Pada usulan tersebut, Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan asumsi makro untuk RAPBN 2017 yakni terkait dengan harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) yang semula dalam APBN 2016 diusulkan USD50 per barel kemudian dalam RAPBN-P 2016 menjadi USD35-USD40 per barel. Dalam RAPBN 2017 diusulkan antara USD35 sampai USD45 per barel.
"Kemudian range untuk pembahasan RAPBN 2017 antara USD35 sampai USD45 per barel," kata Sudirman saat rapat kerja dengan Komisi VII, di Komplek Parlementer, Senayan, Jakarta, Selasa (14/6/2016).
Terkait ICP, Sudirman menjelaskan ada faktor fundamental yangmempengaruhi perkembangan harga minyak pada 2017 yakni, mulai meningkatnya kembali permintaan minyak mentah dunia terutama dari negara-negara OECD, Tiongkok, India yang mengindikasikan mulai membaiknya pertumbuhan perekonomian global, masih adanya kecenderungan penurunan produksi minyak mentah negara non-OPEC terutama di Laut Utara dan Amerika Utara, dan adanya kecenderungan penurunan stok minyak mentah di negara-negara maju.
Sudirman melanjutkan, untuk asumsi lifting minyak bumi yang mengalami penurunan karena pada 2016 blok Cepu mengalami puncak produksi dan pelepasan fasilitas produksi. Semula pada APBN 2016 diusulkan 830.000 barel per hari (bph) dalam RAPBN-P 2016 menjadi 810.000 bph dan pada APBN 2017 menjadi antara 740.000 sampai dengan 760.000 bph.
"Di RAPBN 2017 range-nya 740.000 sampai dengan 760.000 bph. Penyebab signifikan karena pada tahun ini Cepu akan mengalami peak produksi, produksi fasilitas akan diberhentikan, maka akan mencapai titik sustainable," jelas dia.
Sementara untuk lifting gas bumi diusulkan antara 1.050 sampai dengan 1.150 ribu BOEPD. Usulan ini lebih rendah dari 2016 karena antisipasi beralihnya pengelolaan Blok Mahakam dan terkait dengan Blok Masela. Kemudian, terkait volume minyak solar dan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi yang juga pada RAPBNP 2017 masing masing antara 0,60 sampai 0,69 juta kiloliter (kl) dan 16,00 sampai 16,16 juta kl.
"Lalu, kami usulkan 7.096-7.235 juta metrik ton. Sedangkan subsidi tetap untuk minyak solar mengingat kita perlu mendapat kesimpulan keputusan tentang subsidi yang didapati itu Rp350 sampai Rp1.000 per liter," tutur dia.
Sementara untuk subsidi listrik, tambah Sudirman, subsidi listrik pada RAPBN 2017 tergantung dengan penerapan subsidi 900 VA tepat sasaran. Bila dilakukan tahun ini subsidi listrik pada 2016 dalam RAPBN-P sebesar Rp59,04 triliun sampai dengan Rp60 triliun. Untuk 2017 subsidi listrik diusulkan antara Rp43,21 triliun sampai Rp60,53 triliun.
"Subsidi listrik APBN 2016 Rp38,39 triliun kemudian RAPBN-P Rp59,04 triliun atau Rp60 triliun itu tergantung kapan subsidi 900 VA di terapkan. Kemudian tahun depan antara Rp43,21 triliun sampai Rp60,53 triliun," tutup dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News