Agus menilai, program konversi kompor LPG ke kompor induksi akan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah dan para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM).
"Saya apresiasi, karena (konversi ke kompor induksi) dimulai dengan kelompok masyarakat yang masih disubsidi yaitu golongan 450 VA dan 900 VA. Mereka juga kelompok masyarakat yang selalu dibantu pemerintah lewat dana sosial. Ada UMKM juga," ujarnya dikutip dari siaran pers, Minggu, 4 September 2022.
Agus menjabarkan, dengan menggunakan kompor listrik, banyak penghematan yang bisa dilakukan oleh masyarakat. Sebagai contoh, jika menggunakan kompor LPG, masyarakat harus mengeluarkan anggaran setidaknya Rp20 ribu per tabung gas subsidi, maka dengan kompor listrik anggaran tersebut bisa ditekan.
"Kalau mereka biasanya mereka menggunakan (LPG) tiga sampai empat tabung per bulan harganya Rp20 ribu, jadi sebulan sekitar Rp60 ribu sampai Rp80 ribu. Dengan menggunakan kompor induksi ini mereka hanya Rp17 ribu sampai Rp18 ribu. Jadi ini menguntungkan dan uang sisanya bisa digunakan untuk penambahan gizi keluarga," jelas dia.
Berdasarkan simulasi yang dilakukan Dewan Energi Nasional (DEN) menunjukkan, penggunaan kompor induksi sangat hemat, ramah lingkungan, dan aman digunakan.
Contohnya, untuk memasak 10 liter air, kompor induksi berkapasitas 1.200 watt hanya membutuhkan biaya sebesar Rp1.200. Sementara dengan menggunakan LPG atau dikenal gas elpiji, memakan biaya Rp6.000 dengan takaran yang sama. Selain itu, memasak menggunakan kompor listrik ini juga bisa membuat masakan cepat matang.
Selain itu, penggunaan kompor induksi juga lebih aman dibanding LPG. Hal ini karena kompor induksi hanya menghasilkan panas, maka tidak ada api yang muncul dari permukaan kompor seperti layaknya kompor gas. Penggunaan kompor listrik juga lebih praktis dan mudah dibersihkan.
Sementara dari sisi waktu memasak juga lebih hemat karena kompor induksi memungkinkan penyebaran panas yang lebih merata ketimbang kompor gas. Hal ini memungkinkan aktivitas memasak lebih cepat, sehingga hemat waktu. Tak hanya itu, penggunaan kompor induksi juga mengurangi potensi polusi rumah tangga. "Kompor listrik ini memang penggunaanya simpel," ucap Agus.
Tekan impor dan beban subsidi LPG
Selain menguntungkan bagi masyarakat, konversi kompor LPG ke kompor induksi juga dinilai akan meringankan beban negara, khususnya terkait impor dan subsidi LPG.
Sekadar informasi, data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan LPG 3 kg naik rata-rata 26,58 persen setiap tahunnya selama kurun waktu 2017 hingga 2021. Kenaikan nilai subsidi itu dipengaruhi fluktuasi harga ICP dan nilai tukar rupiah.
Realisasi subsidi LPG 3 kg pada 2021 mencapai Rp67,62 triliun, termasuk di dalamnya kewajiban kurang bayar Rp3,72 triliun. Di sisi lain, outlook subsidi BBM dan LPG 3 kg 2022 diperkirakan mencapai Rp149,37 triliun atau 192,61 persen dari postur anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022.
Menurut Kemenkeu, lebih dari 90 persen kenaikkan nilai subsidi itu berasal dari alokasi LPG 3 kg yang disebabkan oleh kesenjangan antara harga jual eceran (HJE) dengan harga keekonomian yang berlanjut melebar didorong harga minyak mentah dunia.
Baca juga: Konversi Elpiji ke Listrik Bidik Satu Juta Keluarga di Jabar pada 2023 |
Beban subsidi LPG 3 kg juga makin lebar akibat fluktuasi harga minyak mentah dunia hingga pertengahan tahun ini. Adapun harga keekonomian dari gas melon subsidi itu sudah terpaut Rp15.359 per kilogram dari HJE yang ditetapkan sebesar Rp4.250 per kilogram pada tahun ini.
Sementara untuk impor, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan total volume impor gas Indonesia mencapai 6,24 juta ton pada 2021. Angka tersebut naik tipis 1,07 persen dari tahun sebelumnya, sekaligus menjadi yang terbesar dalam lima tahun terakhir.
Pada 2021 Indonesia mengimpor gas dari Amerika Serikat (AS) seberat 3,78 juta ton. Angka tersebut porsinya melebihi separuh (58,93 persen) dari total impor gas nasional sepanjang tahun lalu.
"Untuk impor gas jelas juga bisa ditekan. Sejauh ini kan impor kita tinggi, subsidinya juga tinggi. Nanti kalau sudah masif (penggunaan kompor induksi), pemerintah harus mengeluarkan Perpres," tutur Agus.
Kurangi idle capacity listrik PLN
Sementara bagi PLN, lanjut Agus, penggunaan kompor induksi di masyarakat juga bisa menekan beban akibat idle capacity. Dengan kondisi over supply listrik saat ini, Agus menghitung setidaknya PLN harus menanggung beban triliunan rupiah akibat listrik yang belum terserap sepenuhnya.
"Untuk PLN nantinya akan banyak daya yang dipakai. Karena sekarang kan PLN over capacity, itu berat bagi PLN karena investasinya kan harus dihitung. Jadi kalau tidak dilakukan secara cepat, maka penggunaan daya listrik PLN ini jadi rugi. Karena untuk satu GW itu kerugiannya Rp3 triliun. Sekarang ada tujuh GW yang idle di seluruh Indonesia, tidak dipakai berarti kan Rp21 triliun. Itu kan tinggi sekali," tutup Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News