Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan impor beras kembali dilakukan karena perbedaan data stok beras nasional. Maksudnya terdapat perbedaan data stok beras di Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Perdagangan (Kemendag), dan Perum Badan Urusan Logistik (Bulog).
"Persoalannya sebetulnya datanya sendiri itu masih ada perbedaan antara satu instansi dengan yang lain. Padahal sudah sama-sama pakai peta digital tapi tetap ada perbedaan," kata Darmin, di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa, 22 Mei 2018
Menurutnya perbedaan data tersebut disebabkan oleh pergeseran panen raya yang tidak mengikuti kurva produksi pada umumnya. Pembelian beras dalam negeri oleh Perum Bulog pun tidak setinggi tahun sebelumnya. Hal itu tampak dari target penyerapan beras petani di bawah target 2,2 juta ton hingga Juni. Pada Mei 2018, Bulog hanya menyerap beras 800 ribu ton.
"Biasanya dan tugas yang tadinya kita harapkan bisa dicapai sampai Juni, itu pembelian bulog 2,2 juta ton sampai Mei ternyata hanya 800 ribu ton. Terus kamu mau apa dengan angka-angka itu?," tutur dia.
Adapun jatah impor beras 500 ribu ton tetap diberikan kepada Perum Badan Urusan Logistik dengan batas waktu Juli mendatang. Bulog diberikan kebebasan mengambil beras dari Vietnam, Myanmar, Thailand, Kamboja, Pakistan, dan India untuk kemudian diserap seluruhnya atau hanya sebagian.
Sebelumnya pemerintah telah membuka keran beras impor sebanyak 500 ribu ton pada awal 2018 demi meredam gejolak harga di pasaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News