Menkeu Sri Mulyani Indrawati. Foto: Medcom.id.
Menkeu Sri Mulyani Indrawati. Foto: Medcom.id.

Rekam Jejak Sri Mulyani Indrawati: Menkeu Tiga Presiden RI

Arif Wicaksono • 08 September 2025 17:15
Jakarta: Sri Mulyani Indrawati yang mengalami reshuffle pada pemerintahan Prabowo Subianto pada hari ini sudah melalui berbagai profesi dari dosen hingga pembantu presiden dengan durasi cukup lama.
 
Ia pernah mengisi kursi Menkeu di empat periode pemerintahan berbeda yakni era Susilo Bambang Yudhoyono dan dua periode Joko Widodo serta Prabowo Subianto.
 

Selama hampir dua dekade, ia menjadi wajah dari kebijakan fiskal Indonesia. Prestasinya dipuji dunia, meski tak jarang kebijakannya seperti kenaikan pajak menuai kontroversi dari masyarakat. 
Jejak akademik yang kokoh dan pengalaman global membuatnya dikenal bukan hanya sebagai pejabat publik, tapi juga sebagai salah satu ikon teknokrasi Indonesia.

Landasan Akademik 

Sri Mulyani mengawali kariernya di dunia akademis setelah menyelesaikan studi Sarjana Ekonomi di Universitas Indonesia (UI) pada 1986. Ia kemudian bergabung sebagai dosen di almamaternya, sebelum menempuh studi lanjut ke Amerika Serikat.
 
Di University of Illinois at Urbana-Champaign, ia meraih gelar MSc in Policy Economics (1990) dan Ph.D. in Economics (1992).
 
Fokusnya pada kebijakan publik dan pembangunan membekalinya dengan wawasan luas mengenai tata kelola fiskal. Perspektif global yang diperolehnya di negeri asing itu kelak menjadi bekal penting ketika Indonesia menghadapi badai krisis keuangan.

Dari Akademisi ke Birokrat Ekonomi

Pada dekade 1990-an, Sri Mulyani aktif sebagai peneliti di CSIS dan Indonesia Project di Australian National University. Reputasinya kian menguat ketika ia bergabung dengan tim kebijakan fiskal pasca-Soeharto.

Tahun 2001, ia dipercaya sebagai Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), lalu naik menjadi Wakil Menteri Keuangan pada 2004. Di periode ini, ia mendapat label “reformis garis keras” karena berani memangkas praktik korupsi dan melakukan restrukturisasi utang negara pasca krisis 1998.

Menjadi Menteri Keuangan Termuda (2005–2010)

Presiden SBY menunjuknya sebagai Menteri Keuangan pada 2005, saat usianya baru 43 tahun. Kebijakannya agresif: meningkatkan rasio pajak, memperkuat disiplin fiskal, hingga meluncurkan reformasi birokrasi di jajaran Kemenkeu.

Namun langkah beraninya juga menimbulkan badai politik. Keputusan bailout Bank Century di tengah krisis global 2008 menjadi kontroversi besar. Meski menyelamatkan perbankan nasional dari kehancuran, kebijakan itu menimbulkan tekanan politik yang membuatnya mundur pada 2010.

Karier Global: Direktur Pelaksana Bank Dunia

Alih-alih tenggelam, Sri Mulyani justru menapaki panggung internasional. Ia diangkat sebagai Managing Director Bank Dunia pada 2010, mengawasi portofolio triliunan dolar untuk negara-negara berkembang. Posisi ini menjadikannya salah satu tokoh Indonesia dengan pengaruh global paling besar di bidang ekonomi.

Kembali ke Indonesia di Era Jokowi (2016–2024)

Pada 2016, Presiden Jokowi memanggilnya pulang untuk kembali menjadi Menteri Keuangan. Ia memimpin reformasi fiskal dengan fokus pada pengendalian utang, digitalisasi pajak, dan pembiayaan pembangunan berkelanjutan.
 
Pada periode keduanya (2019–2024) Sri Mulyani memainkan peran sentral dalam menjaga APBN menghadapi pandemi Covid-19. Meski utang meningkat, defisit bisa dikendalikan. Dunia internasional kembali mengapresiasinya, dengan penghargaan seperti Finance Minister of the Year pada 2020.

Periode awal pemerintahan Prabowo (2024-2025)

Sri Mulyani memastikan kelancaran transisi dari pemerintahan Joko Widodo ke Prabowo Subianto.
 
Sri Mulyani berusaha menjaga kesinambungan siklus anggaran dan mencegah gangguan dalam pelaksanaan program pemerintah yang menjadi prioritas seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dan efisiensi pengeluaran negara. 
 
Peran Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan berakhir pada 8 September 2025, ketika Presiden Prabowo melakukan reshuffle kabinet. Ia digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa, mantan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
 
Sri Mulyani kerap dijuluki “Iron Lady of Finance” karena gaya kepemimpinannya yang tegas, disiplin, dan tanpa kompromi terhadap kebocoran anggaran. Ia menghadapi krisis global, pandemi, hingga intrik politik dalam negeri, namun reputasinya tetap terjaga.
 
Kini, meski sudah melepas jabatan Menkeu pada 2024, warisan kebijakan fiskalnya masih terasa. Dari reformasi pajak, tata kelola APBN yang lebih transparan, hingga upaya membangun ekonomi hijau, kontribusinya akan lama diingat.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan