"Pertumbuhan ekonomi, meskipun bukan segalanya itu merupakan indikator untuk memperkirakan apakah Indonesia dapat menjadi negara maju ke depannya. Ini penting untuk dipaparkan dalam debat nanti,” ujar Eko dikutip dari Antara, Kamis, 21 Desember 2023.
baca juga: Konsumsi Masyarakat Jadi Kunci Ekonomi RI Bisa Tumbuh 5,2% di 2024 |
Pasangan nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,5-6,5 persen, pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menargetkan pertumbuhan ekonomi 6-7 persen, sedangkan pasangan nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD menargetkan ekonomi tumbuh tujuh persen.
Eko menyoroti target pertumbuhan ekonomi dari berbagai calon tersebut. Meskipun target yang ambisius, ia melihat hal itu bisa menjadi realistis, dengan catatan strategi yang tepat.
Namun, ia memperingatkan pertumbuhan di atas enam persen memerlukan dukungan sektor keuangan, terutama dalam likuiditas. Laju kredit perbankan, yang saat ini hanya tumbuh sembilan persen, harus mencapai minimal 20 persen untuk menghindari jebakan kelas menengah atau middle income trap dan mencapai status negara berpendapatan tinggi atau high income country.
"Pertumbuhan kredit yang hanya 10 persen akan sulit mencapai pertumbuhan ekonomi enam persen, kecuali langkah-langkah konkret diambil untuk mendukung visi misi para calon pemimpin," kata Eko.
Tantangan struktural
Lebih lanjut Eko mengatakan ada beberapa masalah struktural yang menghambat pertumbuhan ekonomi mencakup biaya logistik tinggi, industri yang potensial impornya tinggi, dan birokrasi yang belum bersih dari korupsi. Eko menekankan perlunya ide dan program yang jelas dari calon untuk mengatasi hambatan tersebut.Eko berharap dalam konteks mencari dana untuk mempercepat likuiditas, para calon dapat mengelaborasi strategi untuk meningkatkan efisiensi tata kelola, memastikan ICOR yang lebih rendah, dan mengurangi biaya investasi di Indonesia.
ICOR atau Incremental Capital Output Ratio, merupakan rasio antara tambahan modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan tambahan keluaran atau output. ICOR yang tinggi menunjukkan bahwa investasi di suatu negara membutuhkan biaya yang besar.
Eko mengidentifikasi tingginya biaya logistik dan potensi impor industri sebagai faktor yang menyebabkan ICOR di Indonesia tinggi. Ia juga menyoroti penurunan tren pertumbuhan ekonomi menjadi 5,05 persen dalam tiga triwulan terakhir. "Hal ini menunjukkan bahwa upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi harus dilakukan secara komprehensif," ujar Eko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News